Memahami Kewirausahaan


Memahami Kewirausahaan

Ada banyak definisi kewirausahaan di luar sana, namun saya harus memiliki definisi sendiri karena namanya learning itu ditandai dengan mampu menciptakan definisi sendiri, sesuai dengan pengetahuan, wawasan dan pengalaman di lingkungan atau lingkup bidang masing-masing. Bagi saya kewirausahaan adalah sebuah kemampuan untuk mengelola apa yang kita punya (potensi & asset), dengan apa yang kita bisa (skill, kompetensi dan pengalaman) sesuai dengan apa yang kita suka (minat, passion) untuk mencapai visi yang telah kita pahami. 

Pasti definisi ini berbeda dengan definisi-definisi kewirausahaan yang lain, namun harus dipahami bahwa latar belakang saya adalah praktisi grafologi & fengshui untuk bisnis, praktisi marketing dan praktisi usaha, jadi sah-sah saja jika apa yang saya lihat (input), apa yang saya pikirkan (proses) dan apa yang saya lakukan (output) adalah sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas. Semua boleh memiliki definisinya sendiri selama didasarkan para telaah dan analisa ilmiah sesuai dengan latar belakang pendidikan dan bisnisnya dan jelas tujuannya. Tujuan saya adalah membangun mindset kewirausahaan itu sendiri, yang nantinya akan dipraktekkan menjadi sebuah praktek usaha.

Dalam memberikan pelatihan kewirausahaan, self assessment (dengan graphology & fengshui) adalah tahapan yang paling penting yang harus ada. Ada istilah yang cukup beken : "We can not manage anything if we cannot measure it." (Kita tidak bisa mengelola apapun tanpa kita mengukurnya). Nah ini jadi menarik sekali, yaitu: mengukur! Mengukur bisa dipastikan akan melibatkan alat ukur atau metode ukur, bisa salah satu atau dua-duanya dipakai. Cara yang paling sederhana adalah dengan metode ukur pembandingan antara rencana (planning) dengan aktualiasi (hasil). Untuk alat ukur, bisa disepakati dulu apa yang akan diukur, berapa ukuran harapannya dan berapa pencapaiannya. Seharusnya tidak rumit selama data yang disajikan valid dan sesuai dengan praktek di lapangan.

Dalam self assessment ini saya akan melakukan wawancara santai kepada beberapa sample (peserta) bagaimana melihat (=menguji) visi-nya. Apa yang di lihat di depan sana, dan bagaimana dia mampu melihat tahapan dan detail pencapaiannya. Jika dia mampu menjabarkan dengan jelas dan runut, maka bisa dikatakan dia punya visi. Apa yang membuat kita mampun bangkit setelah jatuh adalah visi. Kemudian cara melihat tanda tangan, nama lengkap, tanggal lahir & warna favorit (grafologi & feng shui) saya akan mendapatkan 'data' untuk berdialog tentang minat dan pasion-nya. Bisnis atau bekerja harus sesuai dengan passion jika ingin hasilnya maksimal. Apa yang membuat kita rela berkorban untuk sebuah tujuan adalah passion

Tahap selanjutnya adalah uji mindset, di tahap ini kita akan melihat dan mengenali 'mesin pikir' dari peserta pelatihan. Apa yang mereka lihat dari dunia ini, apa yang mereka pikirkan dan apa yang akan mereka lakukan adalah mindset. Dengan mengenali mindset, kita akan bisa menprediksi output yang akan dikeluarkan oleh seseorang, karena mesin pikir atau pola pikirnya sudah kita pahami. Mindset bisa merubah sikap dan perilaku seseorang, jadi ketikan dalam kewirausahaan itu dibutuhkan perubahan sikap dan perilaku (attidude & behavior) sebenarnya yang harus dirubah terlebih dahulu adalah mindset-nya. Mustahil merubah sikap dan perilaku tanpa merupan mindset-nya.

Tahapan self assessment yang terakhir adalah uji kompetensi, kompetensi yang seperti apa? Kompetensi yang dibutuhkan dan relevan dengan potensi (titik berangkat) dan visi (titik tujuan). Kebanyakan dalam kewirausahaan, bagian inilah yang mendapatkan porsi paling besar. Padahal ini adalah tool dan kelengkapan untuk mencapai tujuan. 

Dalam pelatihan kewirausahaan saya, setelah self assessment tersebut barulah kita punya data dan strategi yang seperti apa yang akan diterapkan pada masing-masing peserta, karena saya masih meyakini bahwa "there is nothing fit for all" (tidak ada sesuatu yang cocok untuk semua). Definisi dan kriteria wira usaha harus kita pahamkan benar kepada para peserta didik, agar mereka tahu apa yang akan mereka tuju, mereka ukur dan mereka kembangkan (perbaiki). Mindset marketing memiliki kedekatan yang erat dengan mindset kewirausahaan, sehingga dasar-dasar marketing, baik budaya riset maupun orientasi kepuasan pelanggan dan networking kita tekankan pada skill kewirausahaan.

Setelah peserta didik terbekali dengan baik, barusan kita akan ajak mereka mencoba merencanakan bisnisnya dan memberikan bekal pengetahuan kepada mereka untuk memahami cara mengelola bisnis dengan materi biz plan. Bukan hanya sekedar merencanakan namun mereka bisa memahami bagaimana bisnis tersebut akan dikelola, baik secara tahapannya, detailnya dan bagaimana urutannya. Sukses buat para start up!



Komentar