Selamat Datang Bank Digital

 


Selamat Datang Bank Digital

Pergerakan ke arah digital semakin cepat, sehingga Go Digital sudah pasti bukan merupakan pilihan melainkan sebuah keharusan bagi para pelaku usaha. 

Ketika pagi ini di Face Book saya melihat tulisan dari Mas Heppy Trenggono bertajuk "Selamat Datang Bank Digital" maka segera saya menghubungi beliau untuk meminta ijin apakah tulisannya bisa saya tayangkan di blog saya ini, dan kebetulan sekali beliau sangat bermurah hati mengijinkan saya untuk menayangkan tulisannya tersebut di RumahUMKM.Net.  Sebuah kebanggaan bagi saya jika tulisan dari seorang pengusaha asal Jawa Tengah, Kabupaten Batang tepatnya, yang sangat peduli dengan bisnis agro dan dan bisnis islami. 

Selamat Datang Bank Digital

Oleh: Heppy Trenggono - President Indonesia Islamic Business Forum (IIBF)


Kita baru dikejutkan oleh lahirnya Bank Jago, Bank yang seumur jagung ini kapitalisasi pasarnya mendekati Bank Mandiri. Bank Jago Rp 210 T, Bank Mandiri Rp 266 T pada 19 Juli 2021. Bank Jago menempatkan pendirinya, Jerry Ng, menjadi salah satu dari 10 orang terkaya di Indonesia hanya dalam hitungan minggu.

Tingginya valuasi Bank Jago tentu harus kita lihat tidak hanya tentang nilai saham, tetapi mencerminkan seberapa besar keyakinan masyarakat tentang prospek pertumbuhannya di masa datang dan seberapa besar dampak kehadirannya di tengah masyarakat di masa depan. Nah, apa yang sesungguhnya berbeda antara Bank Digital model Bank Jago ini dengan Bank fisik yang kita kenal selama ini?

Dalam dunia bisnis, yang selama ini kita lihat, kita mengenal konsep supply chain. Lihat perjalanan sebuah produk. Supply chain dimulai dari supplier bahan mentah, dijual ke pabrik, pabrik merakit, memproduksi, produknya dijual ke distributor, distributor mendistribusikan ke wholeseller, wholeseller ke retailer, dan terakhir retailer menjual ke konsumen. Begitulah perjalanan sebuah produk hingga sampai ke tangan konsumen.

Dalam perbankan infrastruktur bisnis yang dibangun juga menggunakan paradigma yang sama, berangkat dari kantor pusat, kemudian ada kanwil, ada kantor cabang utama, kantor cabang, hingga kantor cabang pembantu sebagai titik terjauh untuk menyentuh para nasabahnya. Di balik kantor pusat dan cabang itu ada jual beli, cabang beli ke kantor pusat dan menjualnya ke nasabah.

Revolusi digital hadir menawarkan sebuah paradigma baru dalam bisnis, sebuah pendekatan yang disebut platform atau platformisasi bisnis. Platform mempertemukan buyer dan seller tanpa kecuali. Dengan platformisasi pelaku bisnis melakukan demokratisasi pasar, menghilangkan friksi pasar.

Bank sebagai platform tidak mendirikan banyak cabang dan merekrut banyak pegawai untuk bisa melayani nasabah hingga ke pelosok tanah air, yang membutuhkan investasi besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membangun. 

Bank Digital melayani nasabah secara online dari awal hingga akhir, lebih memahami kebutuhan nasabah melalui data real time, memberikan pelayanan cepat, otomatisasi dalam banyak proses, dengan biaya yang lebih murah bagi nasabah, serta menghargai nasabah dengan lebih baik dalam banyak hal. Konsep platform ini menjadi faktor pertama pemicu kegilaan baru dalam dunia bisnis. Kegilaan baru itu namanya Exponential Growth!

Pada tahun 2008 dari 10 perusahaan terbesar di dunia beberapa adalah perusahaan minyak, Petrochina, Exxon, Shell. Namun pada tahun 2018, 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia adalah perusahaan berbasis platform, Apple, Google, Amazon, Alibaba, dimana perusahaan minyak tidak lagi mendominasi di papan teratas.

Exponential Growth! Itulah magic word yang menjadi center of gravity baru dunia investasi. Faktor kedua yang memicu Exponential Growth adalah ekosistem. Ekosistem adalah jaringan yang terdiri dari Pelanggan, Pemasok, Mitra Bisnis, Aplikasi, dan berbagai telnologi yang terkait. Melalui ekosistem berbagai bisnis bertumbuh fantastis di atas data yang sama.

Gojek, Alibaba, Shopee, dan Bank Jago tidak lepas dari dua hal tersebut, Platform dan Ekosistem.Bisnis seperti ini nilainya tidak hanya ditentukan oleh internal asset, tetapi juga oleh eksternal interaction. Bank Digital memiliki peluang lebih besar untuk bertumbuh eksponential dibandingkan dengan Bank fisik seperti yang kita kenal sekarang, dia bisa menjangkau nasabah dimanapun tanpa menunggu infrastruktur cabang, dia bisa melayani siapapun, dia bisa melayani tabungan dan investasi sekecil apapun, memberikan pinjaman tanpa harus ketemu orangnya, lengkap dengan kemampuan analisa dan mitigasi resiko yang canggih.

Apa yang dimaksud Platform bukan sekedar aspek teknologi, tapi sebuah paradigma. Beberapa Bank besar kita jumpai telah menyediakan layanan digital, namun sekedar digital banking, mengganti yang manual ke digital, itu disebut brick and mortar, bukan Bank Digital, bukan platform yang kita maksud. Bank Digital adalah sebuah paradigma baru tentang perbankan, tentang Bank yang beroperasi layaknya sebuah platform. Melalui Bank Digital inklusi keuangan diyakini akan meningkat pesat, menyentuh 95 juta unbanked people, orang yang selama ini tidak memiliki rekening bank, yang selama ini tidak terjamah oleh Bank, sehingga bisa mendapatkan layanan keuangan, yang akan berdampak meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perekonomian.

Bank Digital juga akan mampu melayani UMKM yang selama ini tidak tersentuh. Dulu UMkM cuma bisa nabung di Bank, tapi tidak bisa dapat pinjaman karena urusan formal, tidak bisa membuat proposal, tidak ada laporan keuangan. Bank Digital memiliki cara yang lebih akurat dalam menilai kelayakan UMKM, mana yang perlu diberikan pinjaman dan mana yang tidak. Memanfaatkan data science, machine learning, dan Artificial Intelligence yang bekerja lebih akurat, menghasilkan keputusan instant.

Hadirnya Bank Digital memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi ke depan, sekaligus memberikan pertanyaan kepada Incumbent, bagaimana anda akan bersaing?  (HT)
HT

Komentar