3 Warisan Ilmu dari Mantan Boss


3 Warisan Ilmu dari Mantan Boss

Jika ada pertanyaan tentang darimana saya belajar marketing maka saya langsung teringat dengan salah seorang "mentor" saya ketika saya masih bekerja di PT Hutama Karya (Persero) di Jakarta. Beliau adalah Mr. James Koh Ling Meng, salah satu direktur operasional di perusahaan joint operation PT Hutama Karya di Jakarta. Beliau adalah atasan saya dan berkewarganegaraan Singapore dan di perusahaan joint operation terebut cukup banyak expatriate yang bekerja, ada yang dari Philipina, Australia dan Perancis. 

Bagi saya beliau adalah seorang marketing ulung dan saya sangat bersyukur bisa menjadi staff beliau dan selalu mendapatkan ilmu-ilmu marketing gratis atas kemurahan hatinya meskipun sebenarnya back ground pendidikan saya adalah Teknik Elektro, tapi kedekatan saya dengan beliau dan penempatan saya di bidang marketing membuat saya semakin jatuh hati dengan dunia ini dan akhirnya tertarik untuk melanjutkan kuliah di bidang manajemen dan marketing.

Dari banyak ilmu marketing yang diajarkan oleh Mr James Koh kepada saya, ada 3 yang masih saya ingat dengan baik karena beliau memberikan pelajaran tersebut via chat melalui face book, dan pesan itu saya simpan sampai sekarang:

Life is about turns and opportunities. 
Your turn will come. If you are ready for the opportunity when your turn comes: product, money, knowledge etc, then you can seize the opportunity. An optimist work to create as many turns as possible (by preparing him/her self). A pessimist does nothing as he/she does not believe his/her turn will come anytime soon.

Bisa diartikan seperti ini : 

Hidup adalah mengenai giliran dan peluang.

Giliran Anda akan datang. Jika Anda siap terhadap peluang ketika giliran Anda datang: produk, uang, pengetahuan dll, maka Anda dapat mengambil peluang itu. Seseorang yang optimis bekerja untuk membuat sebanyak mungkin giliran tersebut (dengan mempersiapkan diri). Seorang yang pesimis tidak melakukan apa-apa karena dia tidak percaya gilirannya akan datang dalam waktu dekat.

Hal tersebut di atas memacu saya untuk terus belajar, terutama tentang pemasaran, produk, finansial dan pengetahuan-pengetahuan yang terkait dan bahkan memotivasi saya untuk melanjutkan jenjang kuliah yang lebih tinggi. Bahkan jiga perlu saya tidak sungkan-sungkan untuk terjun langsung ke dalamnya, seperti ketika saya ingin belajar ekspor dan impor maka saya harus bekerja di perusahaan forwarding agar saya tidak hanya mendapatkan teori saja melainkan juga praktek secara langsung.

Bahkan ketika sudah paham prosedur dan cara ekspor dan impor, saya pun tidak sungkan belajar untuk bekerja di perusahaan produsen furniture untuk ekspor yang pada akhirnya bidang ini menjebak saya untuk terlibat di dalamnya cukup lama sampai saya memiliki perusahaan furniture sendiri dan ekspor sendiri.

Pelajaran kedua dari Mr. James Koh adalah tentang teknik bernegosiasi, pelajaran berikut adalah ketika beliau memahamkan saya tentang teknik negosiasi yang beliau yakini saat itu.

I think the purpose of negotiation is to create a psychological win-win situation. Japanese believe that the price given is a best price - no bluffing and so no need to negotiate! But human nature is not that way. There is an ego of triumph. The seller gives a higher price to allow the buyer to "squeeze" and therefore the buyer feels triumphant. The seller still gets his price, and therefore quietly happy as well.

Bisa diartikan seperti ini :

Saya pikir tujuan negosiasi adalah untuk menciptakan situasi psikologis yang saling menguntungkan. Orang Jepang percaya bahwa harga yang diberikan adalah harga yang terbaik - tidak perlu menggertak sehingga tidak perlu dinegosiasikan! Tetapi sifat manusia tidak seperti itu. Ada ego kemenangan. Penjual memberikan harga yang lebih tinggi untuk memungkinkan pembeli "menekan" dan karena itu pembeli merasa menang. Penjual masih mendapatkan harganya, dan secara diam-diam juga dengan senang hati.

Praktek atas pemahaman di atas sudah sering saya gunakan dan memang berdampak psikologis yang bagus untuk customer, terutama customer ekspor. Seolah mereka menikmati tahapan negosiasi, dan "merasa" menang adalah moment yang mereka cari, oleh sebab itu "permainan harga" saat penawaran perlu direncakan sebelumnya karena ternyata benar bahwa customer butuh "rasa kemenangan" tersebut.

Selanjutnya pelajaran yang terekam dalam face book saya dengan beliau adalah pesan bijaksana sebagaimana berikut:

You must have a helicopter view if you want to be a leader, so you can decide the solution fairly.

Bisa diartikan seperti ini :

Anda harus memiliki pandangan sebuah helikopter jika Anda ingin menjadi pemimpin, sehingga Anda dapat memutuskan solusinya secara adil.

Sebuah kemampuan yang butuh pengalaman yang panjang untuk benar-benar bisa memahaminya, butuh banyak referensi, butuh jam terbang yang lebih banyak dan tentunya butuh kesempatan untuk menjadi seorang leader. 

Demikian pengalaman saya yang bisa saya sharing-kan kepada teman-teman pelaku UMKM, semoga bermanfaat. Sukses!


Komentar