Kinerja Pengelolaan Keuangan UMKM

Kinerja Pengelolaan Keuangan UMKM 
Kinerja pengelolaan keuangan usaha menjadi salah satu penilaian dalam seleksi UKM Pangan Award 2019. Karena penilaian manajemen yang paling mendasar adalah kinerja pengelolaan SDM dan kinerja keuangan itu sendiri.

Untuk skala UMKM pun sebenarnya tuntutan kami belum sebegitu peliknya, cukup ketika mereka mampu menyajikan pencatatan dan pembukuan yang rapi dan konsisten. Catatan yang lengkap mengenai keuangan, baik itu cash flow, catatan omzet harian, mingguan dan bulanan, catatan pembelian bahan dan alat dan sebagainya harus dilakukan oleh pelaku UMKM, dan kebiasaan ini justru harus dimulai ketika usaha masih kecil.

Tujuan dari pencatatan dan pembukuan ini adalah untuk mengukur kinerja keuangan usaha UMKM, apakah harga yang disajikan kepada konsumen cukup marjin labanya atau bahkan masih merugi, apakah target penjualan sudah terpenuhi, apakah sudah untung atau justru rugi dan seterusnya. Tanpa adanya catatan dan pembukuan maka pelaku UMKM hanya bisa menerka-nerka kinerja usahanya, dan hal ini sangat riskan untuk keberlangsungan usahanya.

Sebagaimana kita ketahui salah satu kelemahan UMKM adalah soal manajeman keuangan. Soal mengatur keuangan usaha ini menjadi masalah yang sangat rumit bagi pengusaha pemula dan pelaku UMKM.

Sebenartnya sulitkah melakukan pencatatan dan mengatur keuangan usaha? Bisa ya, bisa tidak. Tapi semua harus dimulai, meski dengan cara paling sederhana sekalipun.

Berikut ini 5 tips sederhana mengatur keuangan bisnis kecil anda:

Pisahkan Uang Bisnis dan Uang Pribadi

Kebanyakan sumber kebangkrutan usaha kecil karena tidak melakukan pemisahan keuangan ini. Tidak jelas mana duit untuk bisnis, mana duit untuk keperluan pribadi. Tercampur baur tak karuan. Oleh sebab itu perlu dipisahkan secara jelas uang bisnis dan uang untuk kebutuhan pribadi.

Ambillah gaji dari hasil keuntungan usaha anda sendiri untuk keperluan pribadi. Jika belum mampu gaji besar, ya kecil juga gak apa-apa, asal tercatat. Kalaupun belum mampu juga, ya tunda kesenangan, kencangkan ikat pinggang untuk mengerjakan usaha anda tanpa digaji!

Kerap kali pelaku usaha kecil tidak memisahkan keuangan pribadinya dengan keuangan usaha. Alasannya karena toch usahanya masih kecil, jadi belum kompleks. Tapi ini adalah kesalahan fatal. Jadi buat dua akun yang terpisah, jika Anda perlu suntikan dana ambil dengan prosentasi tertentu dari modal. Karena ketika Anda membeli kebutuhan pribadi Anda dengan uang usaha, Maka tanpa sadar uang usaha Anda akan tergerus dan habis.

Harus Ada yang Menangani atau Atau Gunakan Software.

Salah satu contoh applikasi keuangan yang sederhana, Cash Flow.

Dalam penilaian di UKM Pangan Award 2019, yang pertama kali kami tanyakan kepada pelaku UMKM di bidang manajemen keuangan adalah "Apakah ada yang menangani pembukuan keuangan?"

Gunakan karyawan atau pihak ke-3 untuk membantu melakukan pencatatan keuangan usaha kecil anda. Berinvestasilah di SDM. Atau jikapun itu belum memungkinkan, gunakanlah software untuk mengelola keuangan anda. Di pasaran banyak sekali software manajemen keuangan sederhana untuk usaha kecil dijual. Harganya pun beragam sesuai kebutuhan. Ini lebih menghemat waktu dan pekerjaan anda dari pada menggaji seorang akuntan. Atau jika tidak bisa juga, lakukan pencatatan sederhana di buku yang terpisah atau anda bisa menggunakan excell.

Apa saja sih yang perlu dibukukan dalam mengelola keuangan usaha kecil secara sederhana?

Sebenarnya sangat sederhana dan mudah asal kita mau melakukannya. Hal yang perlu anda siapkan setidaknya buatlah 5 buku akun atau buku rekening atau bahasa mudahnya buku catatan terpisah yang mencatat tiap-tiap transaksinya. Apa saja itu?

1. Buku Arus Kas atau buku kas

Catatan keluar masuk uang secara riil. Isinya hanya catatan uang keluar dan masuk saja. Dari pos manapun. Ini yang pertama. Sederhananya, itu lho seperti buat buku kas di mesjid-mesjid atau di RT/RW kita itu. Uang keluar…uang masuk…lalu saldo.

2. Buku Persediaan Barang

Catatan untuk setiap pertambahan barang masuk karena pembelian ke suplier yang kita lakukan dan berkurangnya barang karena laku terjual. Ini juga sangat 

3. Buku Pembelian dan Penjualan

Catatan uang keluar karena pembelian barang yang kita lakukan. Nilai rupiahnya. Catat nilai rupiahnya setiap kita melakukan pembelian barang ke suplier. Catat juga uang masuk karena penjualan. Buku ini bisa juga menjadi ringkasan dari buku kas, tapi khusus pembelian dan penjualan saja. Kumpulkan data dari buku kas harian, masukkan ke buku ini. Dengan buku ini, kita bisa memantau berapa besar pembelian dan berapa besar penjualan (omzet), dan selisihnya langsung menjadi laba kotor sebelum dikurangi biaya-biaya.

4. Buku Hutang Piutang

Kalau ini sih biasanya sudah punya. ya catatlah hutang pelanggan dan piutang anda ke pihak supplier.

5. Buku Biaya dan pendapatan lain selain dari penjualan barang/jasa kita

Catatan biaya-biaya dan pendapatan lain harus dikumpulkan dalam sebuah akun/buku tersendiri. Ini penting untuk mendapatkan data laba bersih. biaya-biaya itu seperti listrik, telepon, pengemis dsb. Sedangkan pendapatan lain itu misalnya menjual kardus bekas, parkir dsb.

Gak terlalu rumit kan? Apalagi jika memang sudah ada yang menangani pembukuan keuangannya, lebih-lebih lagi jika sudah menggunakan software. Jika memang belum mampu menggaji orang untuk melakukannya maka ada baiknya pelaku UMKM perlu ikut training akuntansi sederhanaa atau belajar dari teman akutansi sambil melihat-lihat contoh pembukuan-pembukuan sebagai referensi.

Semoga tulisan singkat ini bisa bermanfaat bagi teman-teman pelaku UMKM yang masih baru. Sukses!

Komentar