Cafe Burjo Semakin Merebak.

Cafe Burjo Semakin Merebak.
Selalu akan hadir trend kuliner baru, dan saat ini perhatian kita akan ditarik oleh cafe burjo yang murah meriah yang hadir di setiap kota dan setiap sudut. Menu bubur kacang ijo dan es bubur kacang ijo merupakan menu utama, sedangkan indomie rebus dan indomie goreng menjadi pendukungnya. Es Milo dan Es Hilo juga menjadi pesanan laris di cafe ini.

Hebatnya lagi di seputar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas cafe ini menjadi tempat nongkrong para pelajar karena harganya ramah di kantong dan sesuai dengan uang saku mereka.

Cafe burjo ini pun sudah memahami arti kebersihan, sehingga membuat para pengunjung tidak enggan untuk mampir dan nongkrong di san. Di sebagian cafe burjo yang sudah besar, WIFI pun disediakan karena pengunjungnya kebanyakan adalah mahasiswa. Mungkin ini yang disebut Cafe Budget, yang dengan uang terbatas bisa mendapatkan banyak produk Ha-Ha.

Di daerah kami, di Semarang, Cafe Burjo juga menjadi tempat mangkal teman-teman Grab motor dan Gojek. Mereka berkumpul di cafe burjo sambil menerima panggilan berikutnya. 

Cafe burjo untuk segmen bawah.

Kuliner, Selalu Menghadirkan Trend-Trend yang Tidak Terduga.

Mungkin ini masih merupakan trend lokal, yaitu trend kuliner di kota Semarang. Namun tidak menutup kemungkinan trend ini akan melebar ke kota-kota lain apabila prospek bisnis cafe burjo ini juga menjanjikan di kota lain. 

Selama trend ini mampu mengangkat produk-produk asli dan lokal maka akan membawa dampak yang sangat baik bagi perekonomian. Setelah budaya ngopi merebak, budaya minum teh juga mulai terbangun, maka saya berharap budaya makan bubur kacang ijo pun akan menjadi trend selanjutnya.

Indonesia masih kaya dengan banyak potensi kulinernya, tidak perlu diiming-imingi dengan produk impor dan budaya impor. Sudah terbukti Indonesia mampu membangun trend sendiri, dengan produk sendiri. Ayam geprek sekarang pun sudah mampu disejajarkan dengan ayam krispy dari amerika. Bagaimana pun ayam goreng kampung lebih enak daripada ayam ras. 

Kreativitas di bisnis kuliner memang selalu muncul, menjadi trend dan berganti. Oleh sebab itu para pelaku usaha kuliner harus mampu membangun produk yang unik, berbahan baku lokal, mampu menciptakan trend dan ketika life cycle produknya telah menurun harus mampu menciptakan produk baru lainnya. Inilah yang terjadi dalam bisnis kuliner saat ini dan kita harus menerimanya.

Bagaimana membangun trend? Bagi beberapa pelaku usaha kuliner mereka telah melihat celah untuk membangun sebuah produk menjadi trend. Jika belajar dari pengalaman KFC dan McDonald, bahwa produk menjadi trend adalah ayam yang cepat saji dan tentu cocok bagi lidah semua orang. Oleh beberapa pelaku kuliner Indonesia produk ini masih dipertahankan namun dilakukan kreativitas pada pendukungnya, yaitu digeprek dan diberikan sambal yang khas, maka jadilah ayam geprek. Sambal merupakan icon kuat dalam kuliner, dan ketikan dikombinasikan dengan ayam krispy maka hadirlah trend kuliner yang baru.

Ketika  kopi dan teh mendapatkan berbagai sentuhan kreativitas maka saat ini hadir es kopi susu, thai tea, dan semacamnya. Luar bisa sekali ketika mereka juga mampu memanfaatkan teknologi sosial medai dalam mempromosikannya. 

Bubur kacang ijo ini memang cukup fenomenal, karena bukan kopi bukan teh dan bukan ayam geprek. Bubur kacang ijo benar-benar menjadi trend karena mampu menjawab kebutuhan nongkrong murah dan nyaman. Trend ini hadir justru ketika si pelaku kuliner mampu memahami keburuhan pasar, terutama pasar di segmen bawah. Tapi jangan salah, saat ini cafe burjo juga mulai menjaring pasar segmen atas karena dalam bisnis kuliner sebenarnya sangat sulit membatasi segmen atas dan segmen bawah. Contohnya soto, sangat sulit dipisahkan antara segmen bawah dan atas meskipun untuk harga sebenarnya bukan untuk segmen atas.

Semoga dengan tulisan ini saya bisa membantu menyebarkan trend kuliner cafe burjo ini ke daerah lain, dan bisa menjadi icon kuliner baru bagi nusantara. Sukses!







Komentar