Produk Minuman & Obat Herbal, Peluangnya Untuk Pasar Online USA

Produk Herbal Jawa Tengah
Mendapatkan undangan untuk menemani UMKM atau ketika mereka kedatangan buyer merupakan kesempatan yang sangat baik bagi kami untuk mendengar lebih dekat apa yang dibutuhkan oleh buyer terhadap produk dari Jawa Tengah.

Saat  ketika kami diundang oleh sebuah produsen jamu skala menengah dari Semarang ketika mereka kedatangan buyer dari USA, yang bergerak di eCommerce produk-produk herbal, untuk membantu komunikasi mereka karena mereka kurang paham dengan perdagangan online. Kesempatan ini kami gunakan sebaik-baiknya untuk menyerap kabar dan informasi mengenai trend bisnis dan trend kebutuhan pasar saat ini.

Sebagaimana diketahui bahwa perubahan pasar ke arah digital sudah terjadi saat ini, dan hal ini perlu kami informasikan kepada para pelaku UMKM. Sebagaimana buyer yang kami temui saat itu, mereka melakukan import 5 kontainer per bulan dari berbagai negara di Asia untuk didistribusikan secara online ke USA dan seluruh dunia. Sebuah pasar baru bagi UMKM, karena selama ini pasar yang mereka kenal adalah pasar offline.

Mendampingi UMKM ketika melakukan presentasi kepada buyer.

Membantu UMKM melakukan presentasi kepada buyer.
Dalam pertemuan ini kami juga belajar banyak mengenai apa yang dibutuhkan oleh pasar produk herbal di USA, antara lain:
  1. Produk herbal harus benar-benar mengusung konsep SEHAT, sehingga tidak menggunakan produk gula rafinasi (gula pasir) dalam produksinya. Gula yang diperkenankan adalah gula yang sehat, seperti gula kurma, gula kelapa, gula stevia dan lain sebagainya.
  2. Mengingat buyer ini adalah eCommerce, maka kemasan produk harus sangat menarik.
  3. Untuk pasar USA, yang cukup sulit untuk dipenuhi adalah regulasi dan sertifikasi yang cukup ketat untuk produk-produk makanan dan obat, seperti HACCP, FDA dan sebagainya.
  4. Fasilitas produksi harus sesuai standard produksi farmasi.
  5. Mau mengusung brand milik buyer.
Beberapa poin di atas memang sementara ini baru bisa dipenuhi oleh perusahaan skala menengah, tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan bisa juga dipenuhi oleh perusahaan kecil. 
Justru permasalahan di poin 1 ternyata menjadi ganjalan bagi produsen, karena hal ini terkait dengan teknologi produksi powderisasinya menggunakan "jasa" kristalisasi gula rafinasi. Untuk mengubahnya, berarti berkonsekwensi investasi baru pada alat.
Memang harus diakui bahwa konsep sehat yang ada di Indonesia belumlah 100% herbal dan organik, sehingga ini yang menjadi kendala kami dalam membantu promosi produk herbal ini ke negara di kawasan USA dan Eropa meskipun saat ini gelombang "trend" herbal sedang melanda mereka.
Peluang bagus ini sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh produsen obat dan minuman herbal di Indonesia, mengingat dari pengakuan buyer sendiri bahwa produk herbal dari Indonesia sangat bervariasi dan cukup digemari di USA dan Eropa.

Informasi tambahan, bahwa produk obat herbal tidak harus manis. Dari informasi buyer, pasar USA bisa memaklumi bahwa obat bukanlah makanan dan minuman yang harus manis atau "nyaman" di lidah ketika dikonsumsi.

 


Komentar