Membangun Kewirausahaan Dengan Kewirausahaan

Membangun Kewirausahaan Dengan Kewirausahaan.
  
Semoga Yang Dibangun Oleh Para Pendamping UMKM Itu Adalah Kreativitas dan Kemandirian

Program peningkatan pendampingan UMKM di sisi lain adalah berita baik bagi kami, tetapi di sisi lain lagi juga memunculkan kekhawatiran kami akan tujuan dari program apakah benar-benar sebagai solusi dari permasalahan UMKM yang ada. Mengapa kami mencoba menyumbangkan saran dalam hal ini ? Adalah karena anggaran untuk program ini sangat besar dan bersifat massal, yaitu: melahirkan ratusan bahkan ribuan pendamping UMKM di seluruh Indonesia !

Jika memang tujuan sejak awal melahirkan pendamping UMKM adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mungkin kami tidak akan berkomentar apapun. Bagus, meskipun dengan anggaran yang harus dikeluarkan oleh pemerintah itu nantinya tidak akan membantu menumbuhkan mental kewirausahaan di Indonesia. Tetapi jika tujuannya untuk membangun dan mengembangkan kewirausahaan dalam skala UMKM maka, bisa jadi, hal ini perlu penekanan pendampingan itu pada peningkatan kreativitas UMKM untuk memiliki daya saing global dan kemandirian UMKM itu sendiri.

Apa sih permasalahan UMKM yang sebenarnya ?

Banyak yang melakukan survey bahwa permasalahan UMKM adalah akses pasar dan akses modal. Tetapi sebenarnya jika mau ditarik lebih mundur lagi, masalahnya adalah kemandirian dan kreativitas dan meningkatkan daya saing. 2 hal terakhir inilah yang selalu kami fokusnya untuk dipecahkan karena permasalahan ini tidak teknis melainkan terkait dengan pola pikir dan sikap mental dari pelaku UMKM itu sendiri.

Kenyataan bahwa daftar binaan dari beberapa instansi yang "masih itu-itu saja" selama bertahun-tahun merupakan indikasi bahwa pembinaan UMKM tidak bergulir, alias stagnan. Hal inilah yang selalu kami koordinasikan dengan mitra instansi terkait dan kami coba mencari solusi bersama dalam pengembangan program ke depannya. 

Kecenderungan pelaku UMKM untuk "selalu" minta bantuan kepada pemerintah, bukan kepada investor, mengindikasikan bahwa mereka belumlah mandiri meskipun sudah mengenyam berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, secara gratis. Justru kami juga banyak menemukan pelaku UMKM yang tanpa dibantu oleh pemerintah pun malah bisa mandiri dan bersaing.

Kedua fakta di atas perlu kita sikapi secara bijaksana, apakah benar kajian "kebutuhan pendampingan" itu berasal dari UMKM yang berikap "mandiri" atau dari pelaku UMKM yang ingin jadi "binaan abadi" dari pemerintah. 

Persaingan Pasar Membangun Kemandirian

Sering kita mendengar bahwa persaingan pada akhirnya akan diserahkan kepada pasar. Dengan kata lain pelaku usaha harus peka terhadap kebutuhan pasar atau bahkan bisa mengarahkan kebutuhan pasar. Hal ini pun berlaku bagi wira usaha skala UMKM, tidak terkecuali. Karena pemerintah pun harus "menggulirkan" program bantuannya kepada sebanyak mungkin UMKM yang ada di wilayahnya. 

Pemerintah juga harus dituntut untuk lebih kreatif juga dalam membangun sebuah program dan harus mau bersikap proaktif ketika melihat perkembangan yang luar biasa pada "pasar online" atau "eCommerce". Mengapa pemerintah tidak membangun eCommerce seperti BukaLapak.Com, Tokopedia.Com, Elevania.Com dan sebagainya ? Bukankah hal ini cukup terbukti dalam membantu pemasaran produk UMKM ? 

Pasar tradisional dan pasar lokal harus juga dibangun dengan konsep unik dan khas sebagai pasar wisata, dan hal ini jika perlu pemerintah bisa menggandeng investor swasta. Tujuannya adalah membuka peluang pasar bagi produk-produk lokal, karena pasar yang paling "mudah" dijangkau adalah orang-orang dalam satu wilayah atau dari wilayah luar yang membutuhkan produk yang unik dan khas dari wilayah tersebut.

Kami lebih sepakat dengan bagaimana membangun fasilitas pasar daripada melakukan "booming" pendampingan UMKM yang "tidak pro kewirausahaan" bagi pelaku pendampingan itu sendiri. Bagi kami membangun kewirausahaan adalah dengan kewirausahaan, bukan dengan fasilitas. Bagaimana nasib para pendamping ini setelah selesai pendampingan ? Apakah mereka diharapkan ketularan berusaha seperti UMKM yang didampinginya ? Jika tidak ketularan bagaimana ? Lantas yang sebenarnya didampingi itu UMKMnya atau pendampingnya ? HeHeHe.

Kami tidak mengkhawatirkan pelaku UMKM yang akan didampingi, tetapi justru nasib dari para pendamping UMKM setelah program pendampingan ini selesai. Mereka juga harus dibina menjadi seorang wira usaha agar setelah pendampingan selesai, mereka juga akan menjadi pelaku UMKM sebagaimana apa yang telah dia pelajari dari UMKM yang didampinginya.

Tambahan, ada baiknya agar tidak terjadi tumpang tindih materi pembinaan, program pelatihan UMKM pun harus terkendali materi dan hasilnya, dan harus bergulir. Harus ada "paket materi" yang harus diterima UMKM taraf tertentu, misalnya untuk skala mikro paketnya apa saja, untuk skala kecil paketnya apa saja dan selanjutnya untuk skala menengah paketnya apa.

Setidaknya hal ini memberikan pemahaman kepada UMKM bahwa kebutuhan mereka pada taraf tersebut adalah seperti itu, setelah berkembang mereka baru akan mendapatkan materi lanjutan. Hal ini dimaksudkan agar pelaku UMKM tidak gagal fokus akibat terlalu banyaknya materi dan versi yang didapatkannya. Hal ini juga membantu agar pelatihan dan pembinaan yang dilakukan bisa bergulir, dengan cara memberikan sertikasi atas uji materi dari setiap pelaku UMKM yang diberikan pelatihan atau pembinaan.









Komentar