Pasar Tradisional dan Jajanan Tradisional

Jajanan Tradisional Pasar Babadan, Kabupaten Semarang

Bosan dengan berbagai jenis snack dan kue modern pada hari libur begini, menuntun kami untuk berburu jajanan tradisional di pasar tradisional Babadan. Kami sedang kangen makan kue kelapa dan kue cucur keringnya. Makanan ini sudah ada sejak saya masih kecil, dan sekarang masih ada meskipun rasanya sudah mulai bergeser karena pembuatnya pun sudah berbeda.

Kami hanya sekedar ingin mengetahui apakah jajanan ini masih mempertahankan tradisi rasa dan bahan tradisional. Ternyata, sudah banyak yang berubah, produsen sudah banyak mengejar untung daripada mempertahankan cita rasa jajanan tradisional yang sebenarnya.

Kami juga mencoba dan mencicipi jajanan lain, dan ternyata sudah tidak seenak dulu. Ya, apa beginilah protret jajanan tradisional yang mulai pelan-pelan hilang dari pasaran. Sungguh patut disayangkan karena justru saat ini trend masyarakat sedang ":memburu" jajanan tradisional.

Peluang Usaha Jajanan Tradisional Sangat Menjanjikan

Mungkin kejelian pelaku UMKM produsen jajanan sudah terkaburkan dengan yang mereka pahami tentang "keinginan pasar" dan "keuntungan". Padahal banyak hal yang tidak dipahami seutuhnya oleh pelaku usaha tersebut, bahwa usaha makanan selalu didasari oleh cita rasa. 

Masyarakat sudah tidak menggemari jajanan tradisional bukan karena mereka tidak menyukai jajanannya, melainkan karena "cita rasa" jajanan tradisional sudah banyak bergeser. Para produsen sudah banyak menggunakan "penyedap", "pewarna" dan "pengawet" untuk membuat produknya bisa "lebih" menguntungkan menurut mereka.

Kualitas jajanan tradisional sudah mulai tidak diperhatikan, hanya beberapa gelintir produsen jajanan yang masih mempertahankan tradisi dan kualitasnya, tetapi karena banyak yang tidak "loyal" dengan kualitas jajanan tradisional maka pasar menganggap yang "sebagian kecil" tersebut juga pasti tidak loyal juga terhadap kualitas dan cita rasa. Untuk itulah ketika kami berburu jajanan tradisional dan menemukan produsen yang masih loyal terhadap tradisi, kami punya kewajiban untuk mempromosikannya agar masyarakat teredukasi bahwa jajanan tradisional masih ada dan masih seperti yang dulu.

Kami paham bahwa desakan makanan dan jajanan dari bahan terigu begitu luar biasa, tapi kami yakin bahwa jajanan tradisional pasti tetap akan menemukan pasarnya. Apalagi trend saat ini masyarakat telah rindu dengan makanan masa kecilnya. Inilah peluang yang harus ditangkap oleh pelaku usaha baru atau pelaku usaha lama yang sudah bermain di bidang ini.

Uniknya lagi, setiap daerah memiliki warisan jajanan tradisional yang berbeda-beda. Inilah yang memperkaya wisata Indonesia dengan berbagai kulinernya. Ragam kuliner Indonesia justru saat ini digemari oleh bangsa Eropa yang saat inipun mulai bergeser selera. Banyak ahli masak dari Eropa yang saat ini sedang belajar masakan dan jajanan tradisional Indonesai, sebagaimana yang disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Spanyol, Ibu Wieke (Adiyatmadi Adiwoso).

Yang perlu dipelajari oleh produsen jajanan tradisional adalah teknologi pengemasan dan desain kemasannya yang lebih modern. Untuk membuatnya awet dan tahan lebih lama pun perlu kiranya diajarkan kepada para produsen tersebut bagaimana mengawetkan produk jadi dengan bahan yang aman dan alami.

Lantas mengapa kita tidak memulainya ? Sebelum banyak chef asing yang mengembangkannya di Eropa dan akhirnya jajanan Indonesia justru bukan milik Indonesia lagi.

Komentar