INDEF: Indonesia Belum Masuk Fase Krisis, Tetapi Sudah Kritis
Yanita Petriella Sabtu, 29/08/2015 12:51 WIB
 
                
                
                
                
                
                                        
                 
 
 
 
 
 
Yanita Petriella Sabtu, 29/08/2015 12:51 WIB
| Perkembangan indeks keyakinan konsumen dan indeks kondisi ekonomi Indonesia. | 
Bisnis.com, JAKARTA--Institute for 
Developement of Economics and Finance (Indef) menyatakan kondisi ekonomi
 Indonesia saat ini bukan dalam fase krisis namun masuk dalam kategori 
kritis.
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati mengatakan suatu
 negara dapat dikatakan dalam fase krisis apabila dalam dua tahun 
berturut-turut kondisi ekonominya mengalami penurunan.
"Belum 
krisis tetapi sudah masuk ke kritis. Indikator krisis sudah sangat dekat
 dengan ekonomi saat ini. Ekonomi 2014 tumbuh 5,1%, pada tahun ini jadi 
turun. Tahun 2015 yang tadinya optimistis pertumbuhannya di atas 5%, 
ternyata hanya 4,7%. Kondisi ini memang sudah harus terjadi warning betul," ujarnya di Jakarta, Sabtu (29/8/2015).
Enny
 menuturkan selain dari pertumbuhan ekonomi, banyak indikator yang dapat
 digunakan sebagai paramater untuk melihat kondisi ekonomi suatu negara.
Namun,
 pihaknya saat ini menggunakan indikator yang paling gampang, yakni 
angka pertumbuhan ekonomi untuk melihat kondisi di Indonesia.
"Bisa
 diterjemahkan sekarang kritis, kalau sakit sudah kritis memerlukan 
penanganan yang betul-betul insentif dan kongkrit," katanya.
Menurutnya,
 dari fakta penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi ini seharusnya dapat 
menjadi acuan bagi pemerintah untuk mencari formulasi kebijakan yang 
tepat.
"Kondisi sekarang berbeda dibanding tahun 1998. Jaman 1998 
UMKM kita kondisinya lebih bagus. Ditambah lagi harga komoditas juga 
masih tinggi. 1998 kita punya harga komoditas dan UMKM sebagai 
penyelamat," tutur Enny.
 
-----
Terlepas dari semua berita beberapa media mengenai kondisi negeri ini, UMKM Jawa Tengah harus bersiap dengan kondisi yang terburuk ketika apa yang dinamakan "krisis" itu datang. Persiapan sejak dini dengan peningkatan kinerja produksi dan pemasaran akan banyak membantu UMKM untuk memiliki kemampuan bertahan yang lebih baik.
UMKM yang mampu memanfaatkan potensi lokal yang maksimal dan mampu mengelola pasar lokal lah yang nantinya akan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bertahan. UMKM produsen kebutuhan primer (makanan) yang mampu melakukan inovasi dan kreativitas dalam pengolahan bahan makanan alternatif dari bahan lokal akan memiliki peluang yang besar dalam bertahan. Untuk UMKM produsen kebutuhan sekunder maupun tersier seperti kerajinan dan furniture mungkin bisa lebih diarahkan untuk pasar ekspor untuk membantu pemerintah dalam menahan laju penguatan USD.
Upaya pelaku UMKM dalam mengolah bahan baku pangan lokal seperti gaplek (casava), mocaf dan bahan pangan lain sebagai pengganti terigu yang merupakan bahan impor masih kurang gigih. Mereka lebih cenderung membuat produk olahan makanan jadi yang pasarnya tidak sebesar produk dalam wujud setengah jadi (tepung). 
Sebenarnya banyak potensi bahan baku olahan pertanian yang bisa diubah menjadi bahan tepung yang lebih awet dan lebih fleksibel dalam pengolahannya, sebagaimana banyak permintaan dari usaha kue dan roti yang sudah melirik bahan-bahan lokal.
Mari kita bangun negeri ini dengan produksi dalam negeri dan mempertahankan pasar dalam negeri kita dari serbuan produk asing. 
 
Komentar
Posting Komentar