Pemahaman Sederhana Marketing Untuk UMKM

Untuk sementara, perkuat dulu basis produksinya.

Seolah memberikan bekal ilmu pemasaran kepada UMKM produsen adalah sebuah solusi yang paling tepat, tetapi dalam perjalanannya justru kami mendapatkan 2 masalah baru yaitu:

1) Basis produksi UMKM semakin melemah.
2) Basis pemasaran UMKM juga tidak semakin kuat.

Dan hal ini benar-benar terjadi dalam praktik pembinaan UMKM di Jawa Tengah. Sebuah pelajaran yang sangat mahal ketika kami melupakan kondisi dan kemampuan UMKM itu sendiri. Sebagian besar UMKM yang masuk pembinaan adalah UMKM produsen bukan pemasar, dan hal ini menjadi review kami dalam pembinaan dan pengembangan UMKM di masa mendatang.

Tidak salah memberikan bekal pemasaran praktis kepada UMKM produsen, tetapi ketika kita lebih banyak mendorong mereka untuk "menggenjot" pemasaran produknya ternyata membawa dampak menurunnya konsistensinya pada kualitas produk. Hal ini menjadi kontra marketing yang harus kami hindari karena akan mengakibatkan ketimpangan basis produksi dan basis pemasaran.

Pemasaran bagi UMKM produsen justru harus ditekankan kepada bagaimana membuat produk mereka mempunyai "daya jual" yang tinggi, seperti misalnya : memiliki cita rasa yang di atas rata-rata (untuk makanan), memiliki packaging yang menarik, memiliki desain yang unik (furniture dan handicraft) dan finishing yang detail. Seorang UMKM produsen harus didoktrin bahwa mereka harus mampu membuat produk yang "mampu menjual dirinya sendiri".


Yang dibutuhkan UMKM adalah pemahaman marketing secara praktis.
Perlu dipahami sebelumnya bahwa dalam skala UMKM, pelaku produksi dan pemasaran adalah pemilik usaha tersebut, terutama yang skala mikro dan kecil. Dalam pembinaan UMKM di beberapa instansi dan asosiasi, karena melihat pemasaran adalah faktor kelemahan UMKM maka diberikanlah pelatihan pemasaran mulai dari tahap dasar sampai dengan tahap lanjut kepada UMKM. Memang seolah tidak ada yang salah dengan kondisi ini, sampai kita tahu bahwa UMKM harus punya "posisi awal" yang harus dipahami. Apakah UMKM tersebut berposisi sebagai "produsen" atau "pemasar/pedagang" ?

Dalam pembinaan kami sekarang ini, setelah mereview atas hasil pembinaan sebelumnya, kami harus benar-benar mengingatkan mereka terhadap posisinya, jika mereka adalah produsen maka kami akan memberikan pemahaman mereka terhadap bagaimana membuat produk yang "super" yang mampu menarik perhatian pembeli (tanpa harus ada upaya promosi dan pemasaran). Tetapi jika memang posisi meraka adalah pemasar/pedagang, maka kami baru akan memberikan pembekalan strategi pemasaran yang sesuai dengan produk yang mereka perdagangkan.

UMKM bukan Superman, UMKM harus bisa mengukur kemampuan.

Seringkali kami harus mengingatkan UMKM produsen bahwa tugas mereka adalah membuat produk yang super, membuat produk yang sempurna. Bahwa kewajiban mereka ini harus dipenuhi dahulu sebelum mereka menanyakan hak atas "pemasaran" produk mereka. Bahkan ketika mereka mampu membuat produk yang unggul pun kami masih mengingatkan kepada mereka, bahwa sertifikasi yang harus dimiliki oleh produk pun harus menjadi kewajiban mereka, mulai dari PIRT, Halal, BPOM dan serifikasi lain untuk produk non food.

Ketika kami sudah melihat sisi produksi siap dengan produknya, maka kami akan dengan mudah memberikan jaminan kualitas produk kepada UMKM pemasar yang juga kami bina. Mereka adalah perusahaan repacking, toko online, reseller, agen pemasaran dan distributor. Jangan remehkan keberadaan dan fungsi mereka, justru dengan kepanjangan tangan mereka inilah produk UMKM bisa dengan cepat dipasarkan dan didistribusikan. UMKM tidak hanya produsen, tetapi juga pemasar. Mereka saling membutuhkan, tidak bisa diabaikan salah satu fungsinya. 

Harus diakui bahwa pembinaan UMKM saat ini seolah ingin "meniadakan" posisi pedagang dalam bisnis skala UMKM, sehingga banyak upaya pembinaan yang tidak berhasil dan cenderung stagnan. Melatih UMKM produsen dengan toko online pun setelah kami cermati juga tidak banyak membawa dampak yang menggembirakan, kalaupun ada yang bisa berjalan, toko onlinenya juga berjalan "biasa". Disamping itu, jika kita bisa memberdayakan peluang usaha kepada "pelaku" baru yang menjalankan usaha di bidang pemasaran makan sebenarnya tanpa disadari kita telah "mengembangkan" jumlah pelaku UMKM baru.

Saatnya berbagi tugas, produksi dan pemasaran.

Berbagi tugas, inilah yang seharusnya kita luruskan. Pembinaan UMKM produsen harus benar-benar sesuai porsinya untuk produsen, dan pembinaan UMKM pemasar pun harus sesuai dengan tugasnya membantu pemasaran produk UMKM.

Jika memang ingin mengenalkan teknik dan strategi pemasaran kepada UMKM produsen, pertimbangkannya bahwa tugas utama mereka adalah produksi. Kecuali jika memang organisasi mereka telah berkembang dengan adanya fungsi marketing di dalamnya. Untuk skala mikro dan kecil, pada kenyataannya fungsi pemasaran masih dirangkap oleh pemilik usaha itu sendiri. Berbeda dengan skala menengah yang sudah memungkinkan mereka memiliki fungsi pemasaran.

Perlu dipahamkan juga bahwa "di luar" sana ada pihak yang bersedia menjadi mitra pemasaran, yang memang memiliki kemampuan untuk memasarkan produk karena tidak punya basis produksi. Pelatihan-pelatihan pemasaran yang digelar oleh instansi dan asosiasi harusnya ditargetkan untuk kelompok ini.

Jika kedua pihak mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka sinergi yang positif dalam pemasaran produk UMKM akan terjadi. Bahkan bisa jadi UMKM pemasar nantinya lebih banyak daripada UMKM produsen, sehingga permasalahan pemasaran produk UMKM bisa teratasi.


Semua solusi pemasaran harus semakin sederhana, mudah dimengerti dan bisa diterapkan.
Berarti tugas kami saat ini adalah memotivasi dan menggalang UMKM pemasar untuk kami bina sebagai pemasar produk UMKM Jawa Tengah sebagai wujud dari realisasi dari membangun kewirausahaan baru di Jawa Tengah. Menumbuhkan mereka sebagai mitra kerja dari UMKM produsen. Dan tanpa terasa apa yang akan kami lakukan ini adalah membangun "pasar" produk UMKM itu sendiri.


Komentar