Karena Tergelitik, Akhirnya Desain Batok Kelapa Harus Dikulik.


Harus ada gambaran, harus ada tujuan.

Belum lama teman-teman produsen batok kelapa dari Kebumen yang memang sangat potensial dengan bahan baku batok kelapa meminta saran mengenai hasil kerajinan batok kelapanya. Sebagaimana permasalahan umum dalam produk kerajinan di Jawa Tengah, yaitu desain dan finishing, permasalahan mereka juga sama.

Oleh sebab itu dalam kesempatan ini saya perlu memberikan sedikit gambaran seharusnya seperti apa desain yang "menarik" dan finishing yang seperti apa yang cepat terserap oleh pasar. Produk kerajinan dari batok kelapa dan kayu kelapa cukup banyak ragamnya, tetapi saya ingin fokuskan kepada fashion dan kitchenware yang saat ini masih cukup tinggi permintaannya.

Silahkan coba dicermati desain dan finishing dari foto-foto terlampir ini:

Desain modern, dengan finishing yang berani.

Coconut Cup

Desain Antique

Carving

Coconut Wooden Laddle

Coconut Wooden Laddle

Desain Vintage

Coconut Wooden Cup
Coba perhatikan cutting yang sempurna untuk desain minimalisnya, produsen menggunakan mesin potong modern untuk menghasilkan presisi edging produk. Finishing pun bisa dengan improvisasi yang berani, yang perlu dipastikan bahwa bahan finishing tidak boleh bersifat "toxid" yang membahayakan jika tersentuh lidah dan mulut, karena produk ini adalah produk yang harus aman untuk kesehatan dan makanan.

Coba perhatikan produk-produk fashion terlampir:

Desain umum dari coconut bag.

Kombinasi material dan desain antique yang menawan.

Perhatikan kesempurnaan finishing dan edging dari produk ini !

Seandainya berani sentuh dengan fiishing yang berani, produk ini jauh lebih menarik.

Painting Coconut Bag

Kombinasi dengan batik yang unik.

Meskipun trendnya sudah menurun, tapi permintaan tetap ada.

Tidak harus batok kelapa setengah utuh, batok potongan pun masih tetap menarik.

Pemasaran produk batok kelapa.

Untuk fashion, kerajinan batok kelapa awalnya digemari oleh pembeli dari Korea dan Jepang. Yogyakarta pernah booming dengan produk ini sekitar tahun 2000-an, di saat tas dari bahan natural memang sedang digemari.
Saat ini produk tersebut masih memiliki peluang untuk ditawarkan di dalam negeri, Jepang dan Korea pun masih ada peluang. 

Justru untuk natural kitchenware saat ini masih booming, baik dalam negeri maupun ekspor. Pemasaran produk kitchenware ini justru dikuasai oleh department store besar di dalam negeri. Produk-produk yang sudah ada juga memiliki kualitas yang prima, sehingga tidak jarang produk tersebut dibandrol dengan harga hampir 3-4 kali dari harga produsen (pengrajin). Brand yang mereka sematkan pada produk itu pun tidak main-main, dan terkesan brand dari luar negeri meskipun sebenarnya brand Indonesia sendiri.

Dengan adanya peluang tesebut, Rumah UMKM berharap UMKM produsen segera menyadari kekurangan dan segera berbenah dengan perbaikan teknologi produksi, kreativitas finishing dan kreativitas desain. UMKM produsen harus banyak referensi dan banyak "piknik" ke supermarket besar untuk membuka cakarawala dan wawasan desainya.

Perlu diingat juga, pesaing kita datang dari Vietnam dan Thailand dan produk mereka sudah saya lihat sendiri sangat berkualitas dengan desain yang up to date, finishing yang detail dan kemasan yang menarik.


Komentar