Pusat Kuliner, Siapa Yang Akan Supervisi ?

Pusat Kuliner Terkenal di Semarang
Konsep yang bagus adalah konsep yang mampu membangun "daya tarik" (magnet) dan mampu bergulir seperti "bola salju" (membesar). Untuk syarat yang pertama mungkin sudah banyak yang mampu melakukannya, tetapi untuk syarat yang kedua sering kami melihat inkonsistensi dalam menjalankan konsep di perjalanannya.

Tulisan ini tidak untuk mengkritik konsep manapun melainkan untuk sekedar mengingatkan bahwa suatu program harus dikawal dari awal sampai akhirnya. Sayang jika investasi yang dikeluarkan pada awalnya tidak mampu memberikan kontribusi yang diharapkan kepada semua stakeholders, baik kontribusi berupa materi maupun kontribusi berupa citra pada pembangunan sebuah brand.

Dari pengalaman beberapa kali kami mendapati melemahnya sebuah konsep pusat kuliner adalah karena inkonsistensi, baik dalam hal pengelolaan pusat kuliner maupun pada kualitas produk dan layanan dari para tenant. 

Jika memang pusat kuliner tersebut ditujukan untuk membangun daya tarik pariwisata di suatu daerah, maka hal terpenting ketika magnet sudah berhasil dibangun adalah bagaimana kita memiliki manajemen pengelolaan yang baik agar syarat "bola salju" bisa terpenuhi. Pengelolaan manajemen yang baik memberikan jaminan bahwa pusat kuliner yang telah dibangun akan mampu berkembang dan bertahan untuk jangka waktu yang lama.

Manajemen pengelolaan tersebut berupa:

Manajemen SDM
  • Bagaimana kita merekrut tenant yang baik, secara periodik melakukan audit mutu produk dan layanannya ?
  • Bagaimana membangun team pengelola yang solid yang mampu mengisi semua fungsi yang dibutuhkan dengan rapi.
  • Bagaimana semua aturan dan standard pengelolaan itu terbukukan dengan baik sebagai acuan pengelolaan manajemen.
  • Apakah pengelolaan ini tidak sebaiknya ditawarkan secara komersial kepada suatu organisasi bisnis (perusahaan) ?
  • Monitoring dan terus lakukan improvement.
Manajemen Keuangan
  • TIdak mudah mengukur omzet yang kinerja sebuah pusat kuliner, jika pengelolaan keuangannya diserahkan kepada tenant langsung.
  • Pengelola harus membuat sebuah sistem pembayaran yang terpusat, atau secara sederhana bisa dilakukan dengan "tukar koin" kepada kasir pengelola. Cara money changer ini ternyata yang paling efektif tanpa harus mengeluarkan investasi yang besar.
  • Dengan sistem tukar koin, maka para tenant akan melakukan penyesuaian harga dengan nilai koin yang ada.
Manajemen Operasi
  • Fasiltas umum harus terpenuhi dalam pusat kuliner tersebut, mulai dari toilet, tenpa istrirahat dan lain sebagainya.
  • Pengaturan parkir harus menjadi satu kesatuan yang terpadu.
  • Dan lain sebagainya, dimana manajemen operasi ini harus mengacu pada keamanan, kenyamanan dan kepuasan pengunjung saat datang ke pusat kuliner tersebut.
Manajemen Pemasaran

Meskipun sudah dikenal, sebuah pusat kuliner harus terus menerus melakukan upaya promosi dan selalu memperbaiki kinerja pemasarannya. Bukankah pusat kuliner yang berhasil mendatangkan "crowd" merupakan media yang efektif untuk promosi bagi berbagai brand terkenal ? Bukankah hal ini bisa menjadi alternatif income yang baik bagi pengelola ?

Kami berharap tulisan ini bisa menjadi wacana koreksi bagi beberapa daerah yang memilki program pusat kuliner. Kami merasa ini sangat penting karena menyangkut perkembangan usaha para UMKM yang menjadi tenant di pusat kuliner tersebut.

Bukan berarti para UMKM hanya tinggal menunggu pengelola melakukan perbaikan, karena inkonsistensi yang paling fatal adalah saat mereka tidak bisa menjaga konsistensi mutu dan layanan produk mereka.


Komentar