Entrepreneurship Parent

Entrepreneurship Parent
Penulis: Titus Permadi Setiawan
Semenjak genderang perang terhadap ketidakberdayaan dan kemiskinan ditabuh oleh Ciputra beberapa tahun yang lalu, maka kesadaran akan pentingnya entrepreneurship telah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Berdasarkan pengalaman hidupnya dan ditunjang oleh hasil penelitian dari para ahli di bidangnya, Ciputra meyakini bahwa entrepreneurship adalah sebuah solusi jitu yang dapat mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang dihadapi oleh bangsa ini.



Pemerintah, akademisi dan dunia bisnis serta masyarakat dengan penuh semangat telah bahu membahu melakukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan entrepreneurship. Berbagai program corporate social responsibility (CSR) oleh kalangan bisnis pun telah dijalankan dan dana pendidikan untuk menunjang mahasiswa berlatih entrepreneurship telah dikucurkan. Apakah ini merupakan  sebuah kerja besar yang menghasilkan? Ya memang demikian halnya. Telah banyak orang yang mampu mengubah nasibnya setelah memperlajari kecakapan  entrepreneurship. Dalyono dari Jogjakarta adalah sebuah contoh nyata bagaimana entrepreneurship telah mengubah hidup seseorang (www.ciputraentrepreneurship.com). 



Entrepreneur dapat dibentuk melalui proses 3 L (lahir, lingkungan, dan latihan). Dilahirkan dalam sebuah keluarga entrepreneur merupakan jalur yang berpeluang besar menghasilkan generasi-generasi entrepreneur masa depan. Berada dalam  lingkungan kerja yang kental dengan nuansa entrepreneurial akan menginspirasi dan membentuk pola pikir, perilaku dan kecakapan entrepreneur seseorang. Latihan melalui pendidikan dengan disain entrepreneurial akan membentuk kecakapan entrepreneur seseorang. Salah seorang pakar manajemen terkemuka, Peter F Drucker menegaskan bahwa entrepreneurship adalah sebuah disiplin ilmu yang dapat dipelajari (Drucker 1985).



Dengan maraknya pendidikan entrepreneurship saat ini, para lulusan sekolah menengah atas mendapatkan pilihan yang lebih luas untuk mendalami entrepreneurship di perguruan tinggi. Bahkan Ciputra telah mendirikan sekolah yang mengajarkan entrepreneurship sejak Sekolah Dasar. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah para orang tua telah memahami dan mendukung sepenuhnya kegiatan pendidikan entrepreneurship ini?



Tulisan ini bermaksud memaparkan tentang entrepreneurship yang diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan wawasan bagi para orang tua sehingga dapat berperan serta mencipta lingkungan belajar yang kondusif bagi putra-putrinya untuk menguasai kecakapan entrepreneurship yang dipelajarinya di bangku sekolah.



Pendidikan entrepreneurship adalah sebuah pola pendidikan yang bertujuan membentuk seseorang menjadi seorang entrepreneur yang dapat menciptakan pekerjaan bagi dirinya sekaligus menyediakan lapangan kerja baru bagi orang lain. Disain pendidikan entrepreneurship dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) melalui pola pembelajaran berbasis pengalaman (experience-based learning) dalam bentuk kegiatan dan proyek-proyek entrepreneurial.



Berbagai kompetensi yang akan tertanam dalam diri peserta antara lain adalah kemampuan komunikasi, negoisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kalkulasi bisnis, kerja tim, kreatifitas dan inovasi. Secara khusus pendidikan entrepreneurship akan membentuk ketajaman siswa dalam melihat peluang bisnis, inovasi dan mengelola risiko dan tak ketinggalan adalah ketabahan dalam menghadapi turbulensi bisnis. Perlu disadari bahwa pengalaman adalah guru les privat terbaik bagi siswa dan konsep student-centered learning dan long-life learning haruslah menjadi pola belajar yang direstui oleh orang tua dan menjadi kebiasan belajar anak-anaknya.



Pendidikan entrepreneurship dilakukan untuk mencapai tujuan ekonomi yang sejahtera, ekspresi diri dan empati. Ekonomi sejahtera berarti bahwa segala upaya entrepeneurial etis yang dilakukan akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan ekonomi. Ekspresi diri berarti bahwa segala upaya entrepreneurial yang dilakukan seorang entrepreneur merupakan jalan untuk mengaktualisasikan dan mengekpresikan dirinya, bukan sekadar untuk tampil tetapi untuk mewujudkan impian dan cita-cita terbaiknya. Empati berarti bahwa segala upaya entrepreneurial yang dilakukan bukan semata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi pribadinya sendiri namun juga untuk membuka lapangan kerja dan kemakmuran bagi masyarakat di sekitarnya. 



Bagaimana ketiga hal ini dapat diwujudkan? Ciputra mengetengahkan tiga jalan untuk mencapainya yaitu dengan menciptakan peluang (opportunity creating), melakukan inovasi (innovation) dan berani mengambil risiko yang terukur (calculated risk taking). Melalui pendidikan entrepreneurship, peserta didik akan diajar untuk mengelola empat jenis peluang, yaitu mengenali peluang (opportunity recognition),  mencari peluang (opportunity seeking), menemukan peluang (opportunity discovery) dan mencipta peluang (opportunity creating). (Ciputra, 2009)



Melalui pendidikan berbasis pengalaman siswa didorong untuk menguasai kemampuan berpikir pada tingkat high order thinking (creating, evaluating, analyzing) yang merupakan kecakapan para pemilik bisnis dan pemimpin bisnis. Kemampuan berpikir ini merupakan landasan dari kecakapan dalam mengambil keputusan (decision skill), kecakapan melakukan perencanaan (planning skill) dan kecakapan dalam melaksanakan dan mewujudkan (execution skill). Roda kemajuan bisnis berputar karena dipimpin oleh pimpinan yang memiliki kecakapan-kecakapan ini. 



Berdasarkan indikator apa orang tua dapat melihat kemajuan tingkat entrepreneurship putra-putrinya? Perubahan pola pikir (mindset) yang semakin peka dalam melihat peluang bisnis serta pola pengelolaan keuangan. Perubahan dalam sikap (attitude) yang semakin percaya diri dan berkembangnya rasa tanggungjawab. Disiplin diri dan pengelolaan waktu yang lebih baik, semangat dan antusiasme yang semakin hari semakin berkobar. Berkembangnya berbagai ketrampilan dan kecakapan seperti membuat perencanaan dan persiapan, kerja tim, mau mendengarkan orang lain, komunikasi dan presentasi yang lebih baik (skill). Semakin luasnya pengetahuan yang dimiliki bukan saja pada studi yang sedang dijalani tetapi mendalami berbagai informasi dan pengetahuan lintas disiplin ilmu merupakan suatu pertanda kemajuan belajar seseorang. Bersyukurlah orang tua apabila telah mendapati anaknya telah memiliki minat belajar dari dalam dirinya sendiri. Dengan memanfaatkan pemetaan mindset, attitude, skill dan knowledge (MASK) ini, para orang tua dapat memantau dengan mudah kemajuan putra-putrinya.



Dalam bidang apa orang tua dapat mengarahkan kecakapan entrepreneurship anak saya? Dengan dorongan yang positif dari orang tua, anak-anak dapat diarahkan untuk berperan menjadi entrepreneur di berbagai bidang. Business entrepreneur akan berkiprah di bidang bisnis, social entrepreneur akan berkiprah di bidang sosial dan masyarakat, government entrepreneur akan berkiprah di bidang pemerintahan, academic entrepreneur akan berkiprah di bidang pendidikan baik sebagai pengajar maupun sebagai peneliti. Dimana pun kiprahnya, kecakapan entrepeneur ini akan mendorong seseorang untuk mengubah kemiskinan (poverty) menjadi kemakmuran (prosperity) dan amal bagi masyrakat (philantropic). Prestasinya akan diwarnai berbagai terobosan dan inovasi serta penciptaan peluang-peluang baru.



Apa saja yang perlu dipersiapkan orang tua untuk menunjang anak-anak belajar entrepreneurship? Cara yang paling mudah adalah dengan banyak membaca kisah-kisah para entrepreneur di berbagai bidang usaha. Hal ini akan memperluas wawasan orang tua sehingga dapat menciptakan suasana diskusi yang hangat di dalam keluarga seputar masalah entrepreneurship. Mengikuti pelatihan entrepreneurship merupakan langkah praktis yang akan cepat membekali orang tua dengan wawasan entrepreneurship sehingga membantu orang tua dalam memahami perubahan anaknya yang semakin entrepreneurial.



Melalui keterlibatan orang tua sebagai pendorong lingkungan entrepreneurial dalam keluarga maka lompatan quantum entrepreneurship Indonesia akan semakin mantap.  Babak baru kemajuan bangsa menuju Entrepreneurship Nation yang ditopang oleh lima pilar utama yaitu pemerintah, akademisi, bisnis, masyarakat dan orang tua (Government, Academic, Business, Social, Parent – GABSP) untuk mencipta empat juta entrepreneur akan segera terwujud. Selamat memasuki babak baru kemajuan bangsa Indonesia.



Identitas Penulis

Nama lengkap: Titus Permadi Setiawan       

Alamat dan telp: Bukit Palma F-1/1, Citraland Surabaya. Telp. 083869768882

Pekerjaan: Dosen Entrepreneurship - Universitas Ciputra Surabaya

Komentar