Masalah Komitmen Bisnis Pelaku UMKM

Komitmen Bisnis
Perlu kami sampaikan bahwa dalam beberapa kali melakukan business matching antara pelaku UMKM dengan calon pembeli, kami menemui beberapa masalah "kepercayaan" dari para calon pembeli. Masalah kepercayaan tersebut bukan datang pada awal perkenalan yang kami fasilitasi, melainkan justru setelah pertemuan pertama tersebut.
Apa masalah kepercayaan tersebut ? Masalahnya adalah pada komitmen yang lemah dari beberapa pelaku UMKM kepada calon pembeli, mulai dari melesetnya jadwal pengiriman barang sampai dengan mundurnya atau batalnya supply dari pelaku UMKM tanpa pemberitahuan. Beberapa juga permasalahan tidak konsistennya kualitas dari sample yang diberikan dengan kenyataan supply produk.

Wow ! Masalah ini berimbas kepada "berkurang"-nya kepercayaan beberapa pembeli kepada sistem rekomendasi yang kami lakukan kepada beberapa pelaku UMKM tersebut. Dan hal ini juga kami sikapi secara bijaksana terhadap koreksi dari pogram pembinaan kami. Kami menjadi semakin selektif dalam merekomendasikan supplier kepada calon pembeli, agar hal-hal tersebut di atas tidak perlu terjadi lagi.

Masalah pola pikir dan sikap mental ini akan selalu menghiasi pembinaan dan pengembangan UMKM di mana pun. Tetapi bukan berarti bahwa ketika itu dilakukan UMKM maka akan mendapatkan permaklumannya, karena dalam bisnis seharusnya tidak ada kata maklum karena akan berkorelasi dengan kerugian yang akan diderita oleh mitra atau calon pembeli. Dan mungkin kerugian ini tidak disadari atau dipahami oleh pelaku UMKM itu sendiri. Tanpa disadari pula oleh pelaku UMKM yang lemah komitmen tersebut, bahwa tindakannya akan menutup kesempatan dan peluang UMKM yang lain untuk memanfaatkan peluang yang sama.

Pola Pikir dan Sikap Mental Adalah Modal Utama Dalam Bisnis

Dari pengalaman-pengalaman tersebut, kami menjadi teredukasi bahwa sebenarnya yang perlu dipikirkan oleh para pelaku UMKM adalah modal pola pikir dan sikap mental seorang wira usaha, yang salah satunya adalah komitmen yang kuat.

Seoarang pengusaha dituntut untuk memahami benar apa yang dilakukannya, tahu potensi, kelemahan dan kekuatannya serta tahu peluang apa yang bisa didapatkannya. Kemampuan mengukur kemampuan diri sangat dibutuhkan ketika berkomitmen kepada orang lain. Seringkali kelemahan mengukur kemampuan diri ini yang menyebabkan pelaku UMKM "putus aksi" ketika berkomitmen dengan calon pembeli. Mereka tidak bisa mengukur kemampuan SDM yang dimiliki, kemampuan supply bahan baku, tidak bisa mengukur delivery time karena kurang paham proses produksi dan tidak bisa mengukur konsistensinya terhadap kualitas. Dan yang paing banyak adalah tidak mampu mengukur kemampuan modal !

Hal-hal tersebut di atas masih ditambah satu kelemahan lain, yaitu kemampuna berkomunikasi yang baik dengan mitra atau calon pembeli. Kondisi-kondisi fatal dan krusial justru seringkali disembunyikan kepada mitra atau calon pembelinya, dengan tujuan agar tidak ada komplain selama proses produksi. Ibarat mereka senang menyimpan "bom waktu" selama proses produksi, dan menyerahkan bom tersebut ketika mau meledak kepada pembeli.

Sesungguhnya akibatnya akan dahsyat sekali kepada pembeli, karena hal ini bisa menimbulkan kerugian dipihak mitra. Tetapi apakah hal ini benar-benar disadari dan dipahami oleh para pelaku UMKM ? Nah, ini yang perlu kita cari tahu. 

Jika meraka tahu dan paham, tetapi masih tetap melakukannya maka pelaku UMKM ini perlu kita bina sikap mentalnya dan kita benahi pola pikirnya. Jika memang mereka belum tahu karena memang kurang pengalaman, kita perlu memberikan pembekalan kepada mereka.

Beberapa Alternatif Solusi

Mempertemukan pelaku UMKM dengan komitmen yang lemah d atas, bisa menimbulkan boomerang bagi promosi UMKM kita di masa mendatang. Oleh sebab itu, kami jadi semakin selektif dalam memilih UMKM untuk kami promosikan dan rekomendasikan kepada pembeli.

Pembinaan Sikap Kewirausahaan tetap masih perlu dibekalkan kepada UMKM yang sudah jalan sekalipun, bukan saja kepada para pemula usaha. Memahamkan sebuah arti komitmen dalam bisnis adalah penting dalam kelangsungan usaha pelaku UMKM itu sendiri maupun mitra (pembeli).

Lokomotif Supply kami terapkan, yaitu dengan cara melatih para pelaku UMKM pemula dengan melakukan supply tidak langsung kepada pembeli. Penjualan ini akan melalui UMKM yang telah memiliki komitmen yang kuat kepada pembeli. Jadi sistem sub kontrak kami berlakukan. Sub kontrak ini berlaku sampai dengan pemula usaha tersebut mampu mandiri dan berkomitmen yang tinggi.

Evaluasi dan Monitoring perkembangan usaha dari pelaku UMKM, untuk melihat kemampuan kemandirian dan daya saingnya terhadap perkembangan bisnis. Hal ini bisa sangat bervariasi jangka waktunya, tergantung dari kemampuan individu dari pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. Akan terlihat pelaku UMKM yang berkomitmen tinggi akan relatif bertahan dibanding dengan yang komitmen-nya lemah.

Beberapa hal di atas ini harus kami lakukan untuk menjadi kesinambungan hubungan kami dengan para pembeli, dan untuk terus menjaga peluang supply dari UMKM yang lain. Dan untuk beberapa pelaku UMKM yang telah memiliki catatan kurang baik kepada para pembeli kami, untuk sementara kami akan berikan "marking" pembinaan yang lebih intensif karena bisa menjadi potensi kerugian bagi pihak lain.

Demikian sharing kami sebagaimana yang kami hadapi di lapangan selama ini. Semoga tulisan ini semakin memotivasi pelaku-pelaku UMKM untuk terus memupuk komitmen bisnis yang kuat guna mempertahankan kelangsungan bisnisnya.










Komentar