Menuju Pasar Digital

Era Globalisasi = Era Digitalisasi

Yang kami takutkan pada era digitalisasi ini adalah kecepatan informasi dan kecepatan perubahan yang tidak dengan serta merta bisa diikuti oleh pengusaha skala UMKM yang sebagian besar masih "sungkan" dengan teknologi. Tanpa teknologi pendukung ketertinggalan kita terhadap para pesaing akan semakin jauh dan pada akhirnya kita tidak memiliki daya saing yang cukup kuat untuk bertahan.

Apa yang kita lihat selama ini sebagai "usaha besar" pada akhirnya na nti akan "terhapus" dengan adanya perusahaan-perusahaan berbasis teknologi digital yang dengan cepatnya melibas usaha-usaha besar tersebut. Sebagai contoh : Gojek, Uber Taksi dan Grab Taksi. Bahkan orang yang tidak punya ojek dan taksi pun bisa melakukan bisnis di bidang itu dengan skala yang jauh lebih besar. Orang yang tidak punya asset properti pun bisa melakukan usaha properti dengan lebih baik dan lebih besar dari orang yang memiliki asset properti.

Inilah kenyataan yang sejak dini sudah harus mulai disikapi oleh para pelaku UMKM yang tidak mau akrab dengan teknologi. Sebuah kenyataan bahwa usaha kita bisa tumbuh atau hancur dalam  hitungan hari, bukan tahun. 

Waktu Menjadi Semakin Mahal

Semakin ke depan, waktu menjadi sedemikian mahalnya. Orang sudah tidak sempat keluar rumah, dan teknologi dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Maka terciptalah applikasi-applikasi digital yang luar biasa praktis yang memungkinkan orang bisa melakukan banyak hal hanya melalui komputer atau bahkan smartphone yang ada ditangannya, mulai dari mencari produk, membelinya atau bahkan menjualnya kembali. Semua menjadi jauh lebih mudah, jauh lebih cepat dan jauh lebih praktis.

Sudah terbukti bahwa omzet penjualan digital pun saat ini sudah sangat luar biasa bahkan sudah berimbang dengan omzet pasar konvensional. Meningkatkan kinerja pasar digital pun jauh lebih mudah dan cepat daripada menumbuhkan kinerja pasar konvensional. Hanya tinggal melakukan optimalisasi penyampaian informasi baik informasi supply dan beli dan juga optomalisasi fitur-fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi dan penjaminan keamanan transaksinya. Seolah semua demikian mudahnya, dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Sudahkah hal ini disikapi dan dipahami oleh UMKM kita ? Jika belum, lantas apa yang mesti kita lakukan ke depannya.

Pada Akhirnya Bisnis Itu Ada di Rumah, Bukan di Kantor

Inilah hal yang kami yakini ketika melihat perkembangan bisnis digital saat ini, bahkan kantor pun sudah tidak menjadi hal yang mutlak bagi pelaku bisnis melainkan webiste atau kantor virtual. Aliran bisnis akan mengalir ke rumah-rumah pribadi yang melakukan usaha di rumah dengan bantuan teknologi yang semakin canggih. Semua bisa dikerjakan di rumah, karena semua fasilitas sudah mulai lengkap.

Bisnis rumahan pun saat ini sudah menampakkan penghasilan yang melebihi bisnis kantor,  yang notabene dilakukan oleh sebuah team. Saat ini orang bisa bekerja sendiri hanya ditemani gadget yang praktis, tanpa harus melibatkan banyak karyawan. 

Sebuah kenyataan yang harus segera disikapi oleh karyawan yang pada akhirnya nanti dunianya akan semakin sempit tergerus oleh entrepreneurship. Sudah tidak waktunya karyawan menuntut kenaikan UMR kenaikan gaji, fasilitas dan lain sebagainya jika semua tugas-tugasnya sudah bisa tergantikan oleh applikasi teknologi yang semakin canggih.

Jika pada akhirnya bisnis akan berpindah ke rumah-rumah, maka pelaku bisnis ke depannya yang dominan adalah ibu-ibu rumah tangga, dan saat ini sudah mulai terasa aliran kewirausahaan yang tumbuh di masyarakat justru dimulai dari ibu-ibu rumah tangga, sementara sang suami justru terkungkung dengan menjadi seorang karyawan yang sulit berkembang.

Hal-hal inilah yang sedini mungkin harus disikapi dengan bijaksana oleh para pelaku UMKM dan masyarakat pada umumnya, bahwa teknologi harus diakrabi bukan justru dihindari. Bertahan dengan pengalaman yang lama adalah sudah usang, karena saat ini pola bisnis dan perubahan pasar sudah jauh berbeda kondisinya dengan jaman orang tua kita dan jaman kita. Semua telah bergerak cepat, tidak mengikuti arus berarti ketinggalan. Mengikuti arus berarti harus mengikuti konsekwensi pembelajaran yang terus-menerus.

Komentar