Kisah Sukses HM Lukminto Membangun Sritex

Kenangan HM Luminto, Pendiri PT Sritex Group
Pendiri kelompok usaha Sritex, HM Lukminto (67), meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Rabu (5/2/2014) pukul 21.40 waktu setempat atau pukul 20.40 WIB. Almarhum dikenal sebagai seorang pebisnis ulet, pintar bergaul, dan sekaligus setia kawan.

Lukminto berada di Singapura untuk cek kesehatan rutin sejak 1 Februari lalu. Berpulangnya Lukminto membuat keluarga besar Sritex terkejut. Selama berada di Singapura, Lukminto yang berangkat didampingi seorang dokter juga masih menelepon keluarga dan teman-temannya. Seorang anaknya, Vonny Imelda, tinggal di Singapura.

”Kepergian beliau cukup mengagetkan karena tidak lama menjelang tidak ada, beliau masih terima telepon. Memang setelah acara Imlek, beliau kecapekan, tetapi berangkat ke Singapura itu sudah terjadwal sejak lama,” kata Manager General Affairs PT Sri Rejeki Isman Textile (Sritex), Sri Saptono Basuki.

Di bidang tekstil, Sritex menjadi perusahaan yang bergerak dari hulu ke hilir yang menjadikannya terbesar di Asia Tenggara. Produksi garmennya rata-rata 24 juta potong per tahun yang didistribusikan ke 40 negara.

Sritex mengerjakan busana pesanan label ternama, antara lain Uniqlo, Zara, JCPenney, New Yorker, Sears, serta untuk jaringan Walmart.

Sritex juga memproduksi seragam militer yang diekspor ke 30 negara sejak tahun 1994, di antaranya negara-negara anggota North Atlantic Treaty Organization, selain untuk TNI/Polri. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa seragam militer 30 negara di dunia maupun produk fashion dengan merek-merek ternama ternyata dibuat oleh perusahaan asal Indonesia, yakni PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yang didirikan oleh Haji Mohammad (HM) Lukminto.

Berawal dari pedagang kecil di Pasar Kelewer, Solo, kini Lukminto telah menjelma menjadi pengusaha besar di dunia pertekstilan nasional. Kerja kerasnya telah membuahkan hasil! Kini, rekam jejak Lukminto dalam membangun dan mengembangkan Sritex pun bisa dibaca melalui buku yang berjudul “Bakti Untuk Indonesia: HM Lukminto, Pendiri Sritex,” yang peluncurannya dilakukan hari ini, Selasa (12/3/2013), di Jakarta.

Kisah sukses HM Lukminto membangun Sritex dibukukan

“Proses menulis buku ini 1,5 tahun,” sebut Nasir Tamara selaku penulis buku.

Nasir menyebutkan bahwa buku setebal 580 halaman ini merupakan buku biografi dari Lukminto. Banyak hal yang bisa dijadikan sumber inspirasi bagi pembaca. Di buku ini, pembaca bisa melihat ada 8 prinsip sukses dari pendiri Sritex ini. Salah satunya adalah prinsip “cheng-li.” Prinsip ini maksudnya seorang pengusaha harus adil, tidak boleh merugikan orang lain. Selain prinsip sukses, Lukminto pun ternyata mempunyai 45 prinsip hidup. Prinsip hidup ini dibahas dalam satu bab khusus.

Sebagai anak, Iwan Setiawan Lukminto, yang sekarang menjabat sebagai Presiden Direktur PT Sritex, menyebutkan, “Buku ini berharga untuk keluarga kami.” Dia mengatakan, pihak keluarga memang belum ada rencana untuk memperjual-belikan buku tersebut. Karena, niatnya, cerita sukses ayahnya dibukukan untuk diteruskan ke keturunannya.

“Tapi, ini pasti akan kami serahkan untuk kepentingan pendidikan. Itu pasti. Dan, kalaupun nanti diperjualbelikan, uangnya untuk non-profit, (atau) dikembalikan lagi ke masyarakat yang membutuhkan,” terang dia.

Selain itu, Iwan pun mengatakan bahwa ayahnya membangun Sritex dengan ketulusan. Sistem dalam bekerja pun sifatnya kekeluargaan. Kalau ada permasalahan selalu dihadapi dengan berpikiran positif. Hasilnya, perusahaan pun bisa berkembang sedemikian pesat seperti sekarang ini. Di mana produk tekstil Sritex telah diakui memenuhi standar NATO (North Atlantic Treaty Organization). Alhasil, Sritex pun dipercaya memproduksi seragam militer anggota NATO. Perusahaan kini telah membuat seragam militer 30 negara, di antaranya Amerika, Rusia, Jerman, hingga Norwegia.

Sekalipun giat dalam bekerja, Iwan Kurniawan Lukminto yang menjabat sebagai direktur, menuturkan, “Pak Lukminto itu, pertama adalah pekerja keras, dan beliau begitu berdedikasi dalam pekerjaan beliau. Selain itu, dia juga tidak melupakan keluarga.”

Kelompok usaha dengan 40.000 karyawan ini juga memiliki hotel, restoran, dan proyek properti lainnya serta GOR Sritex Arena, dan tim basket Sritex Dragon yang berlaga di liga bola basket nasional WNBL.
Lukminto meninggalkan seorang istri, lima anak, dan 12 cucu. Anak kedua Lukminto, Iwan Setiawan, dan istri Lukminto, Susyana, menjemput jenazah Lukminto yang diterbangkan dengan pesawat sewa. Jenazah, menurut rencana, disemayamkan 10 hari di Rumah Duka Thiong Ting, Solo. Selanjutnya, jenazah akan dimakamkan pada 16 Februari di pemakaman keluarga di Delingan, Kabupaten Karanganyar.

”Almarhum merupakan pengusaha yang ulet dan gigih. Beliau menerapkan manajemen cengli, porsi yang sesuai bagi semua pihak. Ini membuat semua pihak merasa win-win dan nyaman,” kata Sumartono Hadinoto, pengusaha di Solo yang juga rekan Lukminto.

Lukminto menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Iwan Setiawan sejak tahun 2007 lantas aktif di bidang sosial, antara lain Perkumpulan Masyarakat Surakarta dan Fuqing Indonesia.

Lukminto yang mengawali usahanya dengan berdagang kain di Pasar Klewer, Solo, ini juga dikenal rendah hati. (bn/kompas.com/swa.co.id)

Komentar