Focus Group Discussion Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Tepung Non Gandum.

Kamis, 1 Oktober 2015 bertempat di Gedung Dinas Perindustrian & Perdagangan Propinsi Jawa Tengah lantai 5 digelar Focus Group Discussion Fasilitasi dan Koordinasi Pengembangan Tepung Non Gandum yang diprakarsai oleh Direktorat Industri Makanan, Hasil dan Perikanan, Ditjen Industri Agro, Kementrian Perindustrian yang menampilkan 4 nara sumber yaitu: Ibu Ir Sulhadiana Munir, MSc, Kasubdit Serealia Lain dari Direktrorat Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Ibu Dr Pudji Astuti, MT dari Sucofindo, Ibu Ratna Kawuri, KaBid Industri Agro, Kimia dan Hasil Hutan Disperindag Propinsi Jawa Tengah dan nara sumber puncak adalah Prof Dr Ir Merry Astuti, MSc dari Universitas Gajahmada.











Tujuan dari FGD ini adalah untuk mendapatkan masukan dan saran atas langkah-langkah yang harus diambil oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan pengembangan tepung non gandum, baik secara regulasi maupun strategi pelaksanaannya di lapangan.

Memang tidak mungkin menggantikan produk gandum 100% dengan produk alternatif lokal, tetapi setidaknya peningkatan kreasi pangan dari kombinasi gandum dengan produk alteratif lokal terjadi. Beberapa alternatif lokal adalah: ubi kayu, garut, ganyong, ubi jalar, iles-iles, jagung, sorgum, kacang hijau, beras merah dan talas. 

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan produk alternatif lokal adalah:
  • Ketersediaan bahan baku - Hal ini menjadi isu yang krusial mengingat hampir semua produk alternatif lokal sangat tergantung kepada musim, sehingga penanganan hasil panen saat panen raya dan penyimpanannya harus benar-benar diperhatikan. Belum lagi terjadi perebutan kebutuhan antara pangan manusia, ternak dan energi seperti produk jagung, singkong dan sorgum.
  • Teknologi proses - Teknologi proses sangat penting dalam kaitannya dengan kualitas produk dan efisiensi biaya. Produk alternatif lokal boleh dibilang tidak bisa "bersaing" dengan gandum dalam harga, belum lagi faktor lain yang menyebabkan tepung gandum belum bisa "tergantikan" oleh produk alternatif lain.
  • Nilai tambah ekonomi dan daya saing terhadap tepung gandum - Produk alternatif lokal boleh dibilang tidak bisa "bersaing" dengan gandum dalam harga, belum lagi faktor lain yang menyebabkan tepung gandum belum bisa "tergantikan" oleh produk alternatif lain.
  • Peluang pasar - Banyak petani tidak mampu membudidayakan produk alternatif lokal karena merka tidak teredukasi dan terinformasikan peluang pasar.
Beberapa fakta yang menyebabkan masyarakat belum begitu maksimal memanfaatkan produk alternatif lokal:
  • Tepung-tepung alternatif lokal tidak semuanya mudah ditemukan di pasaran, seperti tepung gandum. Produk-produk in tidak terdistribusikan dengan baik, dan ketersediaannya tidak bisa dijamin di pasaran.
  • Kebutuhan produk jagung, singkong dan sorgum untuk produksi pakan ternak justru lebih dikenal oleh masyarakat ketimbang sebagai bahan pangan. Belum lagi kebutuhannya untuk industri gula (jagung dan singkong) dan energi (bio ethanol).
  • Bahkan pemerintah belum bisa mampu membuat "bukti" bahwa salah satu upayanya dalam mengembangkan salah satu produk alternatif bisa berjalan dengan baik, selama beberapa waktu semua hanya berupa wacana dan diskusi.
  • Edukasi manfaat dari masing-masing produk alternatif tidak tersentuh dalam sosialisasi, utamanya hanya menerangkan produk-produk alternatif saja tanpa memberikan gambaran produk-produk tersebut bisa dimanfaatkan untuk apa saja.
Pada prinsipnya perlu dilakukan suatu upaya kecil (fokus) yang memilih salah satu produk alternatif lokal yang "sesuai" di Jawa Tengah untuk dibuat sebagai pilot project mulai dari budidayanya untuk jaminan supply bahan baku, distribusinya dan pengembangan pasarnya. Misalnya untuk Jawa Tengah, bisa dimulai dengan fokus kepada produk singkong maupun turunannya. Pelaku usaha di bidang terkait lebih "cepat bergerak" selama ketersediaan bahan baku aman, distribusi mudah dan kebutuhan pasar ada. Diharapkan juga dengan adanya pilot project ini, kreasi pengembangan pangan akan tercipta di kalangan produsen pangan dan pasar baru akan tercipta. 

Pada kesimpulannya dari diskusi ini, memang masalah hulu yang paling dominan, yaitu ketersediaan bahan baku dan budi dayanya oleh sebab itu untuk diskusi selanjutnya memang perlu dilibatkan kementrian pertanian dan segala unsurnya. Di samping itu, peluang pasar juga akan merangsang petani dan investor untuk mengembangkan produk alternatif lokal ini.









Komentar