Desainer Kemasan Mendikte Pelanggannya ?

Packaging Design

Sebuah pertanyaan terlontar dari UMKM saat T3LU (Temu Solusi) di UMKM Center Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu yang harus disikapi dengan bijaksana. Pertanyaan tersebut adalah: 

"Mengapa setiap kali ketemu desainer kemasan mereka (UMKM) selalu merasa didikte ? Mengapa mereka tidak diberikan kesempatan oleh desainer kemasan untuk menyampaikan ide-ide dan keinginannya ?"

Bagi kami, selama desain output dari desainer tersebut mampu mengangkat penjualan dan pembangunan brand dari produk maka hal tersebut bukan menjadi masalah, tetapi jika yang terjadi justru sebaliknya maka perlu segera diberikan solusi terbaiknya. Jika kita kurang bijaksana dalam menjawab pertanyaan ini, bisa jadi kita mendeskreditkan teman-teman desainer yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh UMKM dalam meningkatkan daya saing produk melalui performance grafis kemasannya. Untuk itu pemahaman mendasar mengenai kriteria desainer yang baik akan kami paparkan terlebih dahulu agar pelaku UMKM bisa memilih desainer yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka. Dalam paparan ini baik UMKM maupun desainer akan melihat kriteria apa yang dibutuhkan bagi seorang desainer untuk masuk dalam kategori desainer yang baik.

Kriteria Desainer Kemasan Yang Baik

1) Kreativitas 



Hal terpenting dalam desain adalah kreativitas ! Karena desain grafis bersifat dinamis, bergerak dan mengikuti perubahan. Taste setiap orang juga bergerak, persepsi dan daya visual juga mungkin berubah, dan desainer grafis siap ataupun tidak dituntut untuk mampu mengimbangi dan mengikuti pergerakannya. Dan itu tidak mungkin terjadi kalau ide dan pemikiran tidak ditingkatkan sedemikian rupa menjadi some thing that really out of the box. Outputnya dikenal secara massal sebagai kreatifitas dan pelakunya dikenal sebagai insan kreatif.

Permasalahannya, kreatifitas itu bukanlah bakat, tapi sesuatu yang perlu digali dengan usaha keras dan tanpa henti. Kreatifitas membutuhkan pengorbanan dan kemauan keras. Kreatifitas murni pilihan bagi setiap orang. Kembali kepada masing-masing, mau memilih untuk jadi kreatif atau tidak. Kalau mau, maka bersiaplah bekerja keras dan banting tulang.

2) Pemahaman Teoritis dan Aplikasi


Untuk menjadi seorang desainer grafis hebat, maka seseorang perlu menguasai dasar keilmuannya, sejarahnya, teori-teorinya, serta standar dan filosofinya. Ini tidak habis dipelajari dua-tiga bulan (kecuali kamu seorang jenius seperti Einstein), melainkan bertahun-tahun dengan metode learn by doing.

Tidak ada jalan pintas memahami teori dan aplikasinya, melainkan dengan pengalaman dalam bekerja. Seorang desainer yang baik adalah desainer yang sudah banyak melihat permasalahan dan kenyataan dalam dunia grafis.




Selain pemahaman dalam bidang teoritis, seorang desainer grafis juga harus mampu mengaplikasikan ilmunya kedalam karya nyata. Artinya, setelah basic keilmuan dikuasai, ide sudah oke, dan konsep sudah matang, maka saatnya memvisualisasikannya dalam bentuk karya. Aspek visualisasi ini bisa beragam. Bisa dengan sketsa/menggambar, Bisa juga dengan menggunakan aplikasi grafis seperti Adobe Illustrator dan Photoshop. Tergantung dari kebutuhan dan kondisi pekerjaan.


3) Passion & Improvement

Nah, ini juga cukup vital : Passion (semangat, kemauan). Passion-lah yang membuat desainer enjoy dengan pekerjaan. Passion juga yang membuat desainer mau belajar mengasah kemampuan. Passion membuat kita menjadi terus penasaran sampai akhirnya (sadar ataupun tidak) kita dibawa ke arah perbaikan (improvement) dalam rangka menjadi desainer grafis yang lebih baik setiap harinya.





4) Communication Skill and Self Management




Komunikasi (verbal & visual) adalah faktor penting yang membedakan desainer pro dengan amatiran. Melalui karya, desainer grafis berkomunikasi (visually) dengan audiens. Desainer grafis juga dituntut mampu berkomunikasi (verbally) dengan klien. Baik itu ketika deal-dealan project, maupun ketika mempertanggung-jawabkan hasil karyanya.



Selain itu, desainer grafis hebat juga harus mampu memanage dirinya dengan baik. Manajemen diri dalam hal ini adalah tentang bagaimana seorang desainer grafis mempersiapkan dirinya sebagai profesional yang fokus, disiplin, dan bertanggung jawab pada setiap project yang dikerjakan.


5) Positive Attitude

And last, attitude save the world! Terserah mau pakai hukum Tuhan, hukum alam, atau hukum rimba sekalipun, seseorang dengan sikap (attitude) yang baik pasti akan menuai hasil yang baik. Sikap disini bisa berarti prilaku, cara pandang, idealisme, dan interaksi sosial. Membangun sikap positif ini bisa dimulai dengan melakukan hal-hal yang sederhana seperti : jujur, terbuka, memahami perbedaan, dsb.





Nah, dengan sedikit "pembekalan ini" maka UMKM akan bisa menilai sendiri seorang desainer kemasan yang dibutuhkannya sesuai dengan keinginan dan kemampuan "finansialnya". Di samping teman-teman desainer yang belum masuk kriteria tersebut di atas perlu juga untuk berbenah agar pelanggannya tidak "merasa" selalu didikte.

Memang, pihak yang paling tahu produk dan hal-hal yang terkait di dalamnya termasuk history dan filosifinya adalah produsen, sehingga seorang desainer harus mampu menggali sedalam mungkin informasi mengenai hal tersebut disamping juga harus memahami impian apa yang diakan dibangun oleh produsen. Semua ini akan tercapai jika komunikasi di antara keduanya berjalan dengan baik.

Kedua belah pihak saling membutuhkan, semua memiliki posisi masing-masing dan saling mendukung. Kesuksesan desain kemasan adalah sebuah wujud kesuksesan komunikasi pemilik produk dan desainer kemasan.
 

Komentar