VCO (Virgin Coconut Oil) - Komoditas Ekspor dari Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen.


VCO (Virgin Coconut Oil) - Komoditas Ekspor dari Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen.


Dalam setiap kesempatan pameran produk UMKM atau IKM yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah dan BAPPEDA (FEDEP), kami selalu dipertemukan dengan produk VCO dari Kabupaten Purworejo, dan kemudian menyusul dari Kabupaten Kebumen. 

Memang produk ini merupakan produk unggulan dari kedua kabupaten tersebut karena potensi produksi dari kedua kabupaten tersebut cukup besar. Sebelum berbicara mengenai peluang produk ini untuk pasar lokal dan ekspor, mari kita sedikit pahami VCO terlebih dahulu.

Virgin Coconut Oil (VCO)

Definisi virgin coconut oil (VCO) menurut APCC (Asian and Pacific Coconut Community) adalah minyak yang didapatkan dari daging buah kelapa yang segar yang berasal dari kelapa yang tua, diproses dengan cara mekanis dan secara alami, dengan tanpa atau menggunakan panas, yang tidak menyebabkan perubahan kandungan pada minyak. Sedangkan definisi yang dikeluarkan oleh PNS (Philippine National Standards) memperjelas bahwa VCO tidak dihasilkan melalui proses kimia RDB (refining, deodorizing, dan bleaching).

VCO dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan seperti minyak goreng, bahan margarin, dan mentega putih. Sutarmi dan Hartin (2005) menambahkan bahwa untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan, VCO bisa dikonsumsi secara langsung ataupun digunakan untuk menggoreng atau menumis makanan. Dengan struktur kimia asam lemak jenuh yang tidak memiliki double bond, VCO relatif tahan terhadap panas, cahaya, dan oksigen single sehingga memiliki daya simpan lama.

VCO selalu memiliki nilai bilangan asam, free fatty acid (FFA), angka tak tersaponifikasi, dan bilangan peroksida yang lebih rendah dibandingkan minyak kelapa biasa. Nilai bilangan asam, FFA, angka tak tersaponifikasi, dan bilangan peroksida VCO yang rendah menunjukkan bahwa produk ini lebih tahan terhadap ketengikan dibandingkan minyak kelapa biasa. Kualitas VCO sangat tergantung

pada stabilitas penyimpanan, pemasakan, karakteristik penggorengan, serta perangkat fisik dan nutrisinya (Alamsyah, 2005). Standar mutu VCO yang dapat digunakan sebagai pedoman adalah yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius adalah sbb :

Tabel 1. Standar Mutu Produk Virgin Coconut Oil
Tabel Standard Mutu VCO


Manfaat dan Efek Negatif dari VCO 

 Manfaat

VCO memiliki kemampuan sebagai antivirus, antibakteri, antijamur, antiprotozoa, dan antioksidan, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah sel darah putih. Penelitian mengkonfirmasi bahwa mengambil 3 sampai 4 sdm. VCO akan meningkatkan taraf kesehatan terutama ketika diberikan kepada ibu menyusui. 

Rantai asam lemak menengah VCO memiliki kesesuaian dengan rantai yang ditemukan pada ASI. Rantai asam ini dikenal memiliki keterkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. VCO organik merupakan pilihan yang lebih baik karena tidak mengandung bahan kimia atau pestisida. Lipid tertentu dalam VCO telah terbukti menonaktifkan virus tertentu, seperti HIV, campak, serta herpes simpleks 1 dan 2, seperti dilaporkan dalam Journal of General Virology pada tahun 1992. Tubuh mengkonversi VCO menjadi hormon yang disebut pregnenolon yang membantu merangsang sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan efek antioksidan, serta merangsang tiroid dan fungsi mitokondria sehingga meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

 Efek Samping Negatif

Banyak orang khawatir kandungan asam lemak dalam VCO memiliki efek negatif pada kesehatan. Faktanya, VCO memiliki banyak manfaat kesehatan selama belum mengalami proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi akan menghasilkan lemak trans yang berbahaya.

Karena sifat antivirus, antibakteri dan antioksidan, diare mungkin terjadi karena VCO membunuh sebagian bakteri dan virus dalam tubuh, khususnya pada saluran pencernaan. Efek samping negatif ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi VCO dalam dosis kecil terlebih dahulu. Saat tubuh sudah bisa menyesuaikan, dosis dapat ditambah secara bertahap. Dalam beberapa kasus, sebagian orang mungkin mengalami reaksi alergi setelah mengkonsumsi VCO. Selain dua hal diatas, tidak ada efek samping negatif virgin coconut oil (VCO) telah dilaporkan.

Peluang Pasar VCO

Untuk produk-produk VCO yang sudah ada di Jawa Tengah saat ini, baik yang sudah melalui proses destilasi untuk menghilangkan bau tengik maupun yang masih sangat tradisional, dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Beberapa UMKM produsen telah mendistribusikan produknya ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya baik untuk dilakukan proses selanjutnya atau langsung dipasarkan ke masyarakat.

Pasar ekspor masih sangat terbuka


Prospek bisnis VCO untuk kebutuhan ekspor masih sangat terbuka, khususnya pasar Malaysia, Singapura, Taiwan, Jepang, dan negara Asia lainnya.

Cuma, untuk menembus pasar ekspor ini kita tak bisa mengandalkan metode tradisional yang lebih banyak menembak pasar pembeli lokal. Sebab, pembeli asing ini minta produk dengan standar kualitas yang ketat. Salah satunya, kandungan asam lauric minimal 25%.

Nah, untuk menghasilkan VCO yang memenuhi standar ekspor, kita butuh modal lumayan besar. Ini yang dilakukan Jaka Dhama Limbang, salah satu pendiri PT Miracle Virgin Oil, yang berlokasi di Sei Itik, Pontianak. Penghasil VCO yang menggunakan metode enzim ini menghabiskan biaya sebesar Rp 15 miliar untuk membeli mesin reaktor enzim buatan Jerman dan berbagai peralatan lainnya. Dengan kapasitas mesin 90.000 butir kelapa per hari, Jaka yakin investasinya bakal balik dalam waktu 5-7 tahun.

Berkat mesin canggih yang berfungsi memarut, memeras, dan mencampurkan enzim dengan sistem komputer ini, Miracle Virgin Oil tidak kesulitan melemparkan produknya ke luar negeri dengan harga US$ 10-US$ 12 per liter. Saat ini Miracle sudah mengekspor produknya ke Jepang dan Singapura. “Dengan alat canggih itu kualitas VCO kami memenuhi standar, dan kami sudah punya kontak bisnis dengan pengusaha Jepang,” tutur Jaka.

Di samping modal dan pemenuhan standar produksi, ada faktor lain yang amat menentukan sukses tidaknya usaha VCO: ketersediaan dan kestabilan harga bahan baku. Seperti biasa, apa pun yang makin banyak dicari bakal melonjak naik harganya. Tidak terkecuali dengan kelapa segar. Saat ini harga kelapa segar berusia siap panen (sekitar 2,5 bulan) sudah mulai merangkak naik. Sebutlah di Yogyakarta yang lagi dilanda musim VCO, harga kelapa yang baru dipetik sudah naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 4.000 per butir.

Jadi, sebelum membuka usaha ini, sebaiknya pastikan Anda membuka usaha di sentra kelapa atau di lokasi yang banyak populasi kelapanya. “Pokoknya tidak jauh dari lokasi perkebunan, supaya kelapanya masih segar,” kata Jaka Dhama, yang melihat Jambi sebagai salah satu lokasi yang tepat untuk membuka usaha VCO. Selain itu, bila memproduksi di wilayah ini, Anda bisa menekan biaya pengangkutan. Nah, Anda tertarik menjajal bisnis minyak perawan dari perasan buah nyiur ini?

Referensi Kemasan untuk VCO

Harus kita akui bahwa untuk masala kemasan dan kualitas VCO kita masih berada di bawah negara tetangga kita, yaiut Malaysia. Baik untuk tujuan pasar lokal maupun internasional, kemasan tetap harus mendapatkan perhatian yang esktra jeli.
Pengalaman saat di semua pameran yang ada di Jawa Tengah ini, kemasan produk VCO masih "sangat biasa" dan terkesan mencontoh produk minyak goreng lain. Dengan segmen dan manfaat yang ditawarkankan oleh VCO, tidak harus kemasan VCO sama dengan kemasan minyak goreng yang lain. Design VCO perlu mendapatkan sentuhan ahli yang mampu mengangkat VCO sebagai produk bernilai tinggi.

Beberapa desain di bawah ini kami maksudnya untuk memberikan referensi desain kemasan untuk produk VCO untuk menggugah ide kreatif dan luar biasa bagi produsen VCO di masa mendatang. Bahwa produk yang yang "bernilai" harus kelihatan bernilai. Produk mahal harus terlihat mahal dalam lingkup desain kemasan.


Desain Botol VCO dari Radha Beauty

Desain Botol dari CKLBrands.

Desain Botol dari USDA Organic

Desain Botol VCO dari Skinny

Desain Botol VCO dari Kaino

Pastinya produk VCO yang paling berharga adalah produk yang memenuhi manfaat kesehatan, karena harga ditentukan oleh besarnya sugesti manfaat dari VCO. Di produk high end inilah negara tetangga kita, Malaysia, bermain. Justru produsen VCO kita lebih fokus ke arah low end market yaitu dengan menjual produk dalam bentuk minyak goreng.

Sempat dalam pameran Gelar Promo Industri Agro Jawa Tengah yang lalu, saya diminta mereview kemasan produk VCO dari Kabupaten Purworejo yang kemasannya sama dengan kemasan minyak goreng pada umumnya. Pada saat itu ada 2 pertanyaan yang saya ajukan kepada produsen, yaitu:
  1. Dengan kemasan seperti itu, lantas apa yang membedakan produk minyak kelapa anda dengan produk minyak goreng lainnya ?
  2. Apakah kemasan minyak kelapa anda harus seperti itu ? Tidak bolehkan dikemas dengan botol yang lebih nampak mahal ? 
  3. Pasar seperti apa yang akan anda bidik dengan kemasan yang seperti itu ?
Melihat manfaat dari VCO ini, sudah sepantasnya kemasan produk digarap dengan serius untuk memberikan citra produk yang lebih baik. Selain itu PR yang besar bagi produsen VCO di Jawa Tengah untuk memenuhi standard kualitas ekspor dari negara-negara yang memintanya, karena saat ini fasilitas produk yang dimiliki masih sangat konvensional dan tradisional yang dimiliki produsen.

Sponsored:













Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Mohon info contact yg bs dihub.u pemesanan vco.tx

    BalasHapus
  3. Saya sedang mencoba merintis usaha VCO untuk wilayah kabupaten kebumen bagian utara, dengan banyaknya bahan baku kelapa segar saya tertarik untuk mengembangkan usaha membuat VCO, mohon saran dan masukkannya agar usaha kami bisa berjalan sesuai harapan, pasar kami bisa meluas ke seluruh wilayah indonesia.
    Berikut kontak kami yg bisa di hubungi. 082135929879.

    BalasHapus

Posting Komentar