Selat Solo Mbak Lies, Meskipun Nylempit Terlihat Juga Oleh Artis dan Pejabat

Penasaran dengan Selat Solo Mbak Lies di Serengan, Sukoharjo

Selat Solo Mbak Lies, harus disempatkan untuk dicoba ketika ke Solo. Ada yang luar biasa dengan Warung Selat Solo ini, yaitu dikunjungi banyak artis dan pejabat. Hal inilah yang memancing kami untuk menyempatkan berbuka puasa di Selat Solo Mbak Lies ini, meskipun parkirnya tidak bisa di depan warung tapi bukan masalah buat kami yang memang sudah memendam rasa penasaran.

Perabot keramik ini yang unik.

Warung ini letaknya di garasi rumah lho ...

Semua menu ingin kita coba, tapi kuatnya cuma yang ini saja.
Jika ingin ke arah Solo Baru dan Wonogiri pasti akan menemui lampu merah ke arah Serengan, letak warung selat ini tidak jauh setelah lampu merah belok kanan dan masuk ke gang yang mobil tidak bisa masuk.

Mobil diparkir di Jl Serengan dan jalan melalui 2-rumah ke Selat Solo Mbak Lies ini. Warung ini agak unik karena mendekorasi garasi dengan nuasa keramik, semua perabot adalah keramik dan ketika menengok ke dinding, piring-piring keramik itu ditandatangani oleh banyak artis, tokoh masyarakat dan pejabat yang pernah makan di sana. Unik, dan kami ingin coba semua menu asli solo antara lain: Selat Solo, Timlo, Galantin dan Bestik Lidah. Sekedar menguatkan kesan bahwa kita makan di kota Solo.

Sebuah konsep harus dibangun untuk menguatkan brand.

Meskipun "nylempit" warung ini tidak harus kesulitan mendapatkan pelanggannya, semua karena upaya membangun brand dengan differensiasi. Banyak hidangan serupa di Solo tetapi membuat orang teringat akan brand Mbak Lies adalah cerita lain. Dalam bisnis kuliner cita rasa harus menjadi modal utama dalam membangun brand, selanjutnya adalah layanan, desain resto dan sebagainya yang mampu membuat "kesan" mendalam dalam hati dan ingatan pelanggan.

Kesan yang unik dan menarik akan terus terekam dalam ingatan pelanggan yang nantinya akan sukarela memberikan rekomendasinya kepada kerabat atau teman-temannya. Tanpa terasa promosi telah dilakukan oleh orang lain yang merasa "puas" karena cita rasa terpenuhi, dan karena merasa terpuaskan dengan makanan dan pelayanannya.

Hal seperti in bisa memberikan contoh kepada pelaku UMKM yang lain yang ingin membangun brand, sementara mereka sendiri belum siap dengan kualitas, sistem dan mekanisme menjadi konsistensi kualitas, pelayanan, packaging dan managemen. Banyak pelaku UMKM yang merasa bahwa brand itu hanya sekedar logo yang mereka desain dan ciptakan, bukan masalah "konten" dari logo tersebut yang kami sebutkan sebelumnya.

Membangun brand itu butuh sistem dan perencanaan yang terpadu dari semua aspek usaha yang kita bangun, yang kita wakilkan kepada logo atau simbol yang akan selalu diingat oleh pelanggan. Logonya mudah didesain dan dibuat, tetapi rangkaian upaya yang membangun brand itu butuk usaha dan biaya yang tidak sedikit.



Komentar