Pasar Entho Parakan, Menyulut Penasaran

Pusat Jajanan Khas Temanggung

Nama Entho adalah nama sebuah makanan dari singkong bertabur kacang "tholo", makanan khas tradisional Jawa. Tapi beda dengan Pasar Entho yang berada di daerah Pecinan Parakan, Temanggung, yang merupakan pusat jajanan khas Temanggung. Sangat tradisional, tapi inilah yang menyulut penasaran saya untuk berkunjung ke pusat kuliner ini sekaligus melihat potensi daerah Temanggung yang tidak saya perkirakan sebelumnya.

Bagi pengendara dari Temanggung menuju Wonosobo yang melalui Parakan, pasti akan melalui Pasar Entho yang buka setiap pagi dari jam 06.00 - 10.00, hanya saja pada hari Minggu jumlah penjual lebih banyak. Tidak besar, tapi uniknya yang kami cari sembari melihat-lihat potensi kuliner Temanggung yang ternyata mengagetkan saya. Luar biasa ! Kota ini sebenarnya adalah pusat kuliner yang harus dicoba.

Masuk Gang Pasar Entho, sudah disambut keramaian.

Pilih jajanan sesukamu, rata-rata Rp 1.000 per potong.

Tidak panjang gang pasar ini, tapi rupa-rupa jajanan ada di sini.

Banyak makanan masa kecil saya justru masih ada di sini, kangen.

Namanya juga pasar tradisional, yang beginilah kondisinya.
Mungkin banyak yang belum tahu lokasi pasar ini, dan mungkin karena tidak tahu mereka melewatkan sebuah "sensasi" jajanan tradisional Jawa yang ada di Parakan ini. Dari kota Temanggung lebih dekat melalui Jalan Raya Bulu - Parakan, setelah sampai ujung jalan raya tersebut ambil kiri menuju Parakan (ke arah Wonosobo), setelah Jembatan Besi ada pertigaan Parakan dan hanya bisa belok kiri. Setelah belok kiri kira-2 50-60 meter itulah ada Gang di depan Toko Besi Timbul, itulah Pasar Entho Parakan. Toko Besi Timbul ini sebelum Kantor Kospin Jasa Parakan.

Membangun Pusat Kuliner Jajanan Khas

Pasar ini sudah terbentuk dan sudah bertahun-tahun ada di sana, melekat dengan kehidupan pecinan di Parakan. Sebuah tradisi yang harus dipertahankan, sebuah tradisi yang bisa ditawarkan sebagai daya tarik wisata. Biarlah pasar ini seperti itu adanya, hanya perlu sentuhan penataaan yang membuat pengunjung nyaman yang diperlukan.

Tidak semua produk kuliner harus dikemas dengan packaging dalam bentuk plastik, kertas maupun aluminium foil. Produk kuliner tradisional ini cukup dikemas dengan "wisata tradisi" yang kental, cukup dikemas dengan kantong plastik yang bagus dengan bertuliskan "Oleh-Oleh Pasar Entho" sebagai brandingnya.

Biarlah tukang parkir, tukang ojek dan tukan angkot yang menjadi duta promosinya agar mereka mendapatkan "manfaat" dari keberadaan pasar ini. Biarlah mereka juga ikut mengais rupiah dari obyek wisata ini. Seharusnya ada paguyuban yang bisa mengatur keberadaan dan organisasi di pasar ini sehingga ke depannya bisa bertahan dan bisa menjadi daya tarik tersendiri.

Seharusnya tidak perlu ada relokasi pasar Entho, agar tradisi lama masih bisa bertahan sebagai "icon' wisata Parakan. Sejarah dan tradisi adalah asset yang sangat berharga, tinggal bagaimana kita menyikapinya.



Komentar