If you can not feel your business, neither your customer.

"Jika kita tidak bisa "merasakan" bisnis kita, 
sedemikian halnya dengan customer kita."

Kenyataannya, Bisnis Adalah Karena Kebutuhan

Banyak sekali pelaku UMKM menjalankan bisnisnya sekedar jalan saja, sekedar bisa mencukupi kebutuhan hidupnya saat itu. Bahkan ketika ditanyakan tujuan usaha mereka pun, jawaban yang muncul adalah jawaban tujuan jangka pendek.

Sebuah mimpi harus dibangun dengan memberikan "harapan-harapan" di masa mendatang yang terukur, harapan jangka panjang yang akan menjadi visi dari usaha mereka. Mengapa harus terukur ? Karena harapan atau mimpi ini harus bisa dicapai dalam masa tertentu, dan langkah-langkah pencapaiannya pun harus riil dan berjenjang.

Langkah-langkah di atas inilah yang disebut sebagai konsep bisnis atau dengan istilah lain yang lebih populer adalah Business Plan.

Untuk bisa "merasakan" bisnis kita, kita harus paham tujuan dan visi bisnis kita dan apa latar belakangnya dan yang paling penting adalah kita "terlibat" secara langsung dan emosional di dalamnya.
Bagaimana kita "merasakan" sulitnya membangun image kualitas yang melekat pada produk kita, bagaimana kita "merasakan" sulitnya meningkatkan kapasitas produksi, bagaimana kita "merasakan" sulitnya mencari pasar untuk produk kita, yang semuanya itu terangkum dalam sebuah "kenikmatan" menjalani proses berusaha.

Pengalaman dalam berproses dan menikmati setiap detail kesulitan yang dihadapi akan membawa pelaku usaha menjadi "dewasa" dan "berkarakter", dan hal ini akan tercermin dalam setiap komunikasinya dan juga dalam setiap karya produksi dan layanannya kepada customer. 
Terbukti bahwa pelaku usaha yang syarat pengalaman akan bisa "mendengar" dan "merasakan" apa yang diinginkan oleh pasar/customer, sehingga komunikasi bisnis bisa berlangsung secara emosional dan tanpa terasa membuat customer ikut larut dalam "rasa bisnis" yang kita berikan.

I Love My Business
Bisnis Karena Cinta Kita Kepada Usaha Kita

Beberapa obrolan saya dengan pelaku-pelaku UMKM yang menurut saya sudah "mapan" ternyata mereka sudah dalam tahap menikmati bisnisnya, atau bisa dikatakan bahwa bisnis yang mereka jalani adalah sesuai dengan minat dan kemauan mereka. Suatu tahap dimana mereka tidak menganggap lagi bahwa bisnis mereka adalah karena kebutuhan untuk mencukupi tuntutan hidup. Betapa mereka benar-benar menikmati proses yang telah mereka jalani, bagaimana mereka mencari sourcing bahan baku dan berinteraksi dengan supplier-suppliernya merupakan "kesenangan" tersendiri, bukan merupakan rutinitas yang harus dijalani.

Bagaimana mereka menikmati proses produksi dan mencermatinya untuk selalu mendapatkan efisiensi kerja merupakan tantangan yang menarik buat mereka. Bagaimana mereka mencermati permintaan pasar dan karakter pasar dan pembeli yang bermacam-macam juga merupakan suatu kesenangan.

Seolah mereka sudah dalam suatu "tahap" emosional yang berbeda dengan sekedar merintis usaha, dan berupaya mempertahankannya. Emosi dan psikologi mereka telah larut dalam alunan bisnis yang mampu mereka kendalikan sendiri sesuai dengan derap waktu mengiringi proses wirausaha.

Kenyataannya untuk mencapai tahap ini tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat, dan setiap pelaku memiliki rentang waktu yang berbeda satu dengan yang lain. Tapi tahapan inilah yang bersama-sama untuk kita capai.

Tidak harus dengan bisnis skala besar untuk bisa dinikmati, bisnis skala kecil dan menengah pun merupakan bisnis yang mampu membawa kita ke level tersebut. Mungkin bisnis skala mikro masih sulit untuk mencapai tingkat emosional seperti itu.









Komentar